Tandai typo❤
____"Saya rindu."
Adel terkikik geli mendengar bisikan Aksa juga ciuman-ciuman lembut di garis lehernya.
Astaga, tidak bisakah Aksa menunggu mereka masuk kedalam?
Ingatkan Adel bahwa mereka masih berada di dalam lift tapi Aksa sudah menciumnya dengan membabi buta seakan mereka tidak bertemu selama belasan tahun.
"Tahan bisa, nggak, sih, Sa? Ya Tuhan!" Adel berusaha menarik tubuh Aksa tapi gagal, pria itu terlalu erat merengkuh tubuhnya hingga Adel kesulitan untuk berjalan.
Disepanjang jalan menuju ruangan Aksa, tak henti-hentinya bibir itu singgah di mana-mana, leher, dagu, bibir bahkan telinga Adel tidak luput dari jamahan bibir mesum itu.
Secepat pintu tertutup, secepat itu juga Aksa menyambar bibir Adel, memagutnya lembut namun menuntut.
Tidak ada jeda, tidak ada jarak, Aksa merengkuh hingga tubuh mungil gadis itu menempel ketat di dadanya.
Adel sampai kewalahan mengimbangi ciuman Aksa, dia berusaha melepas diri dan menghentikan ciuman yang membuatnya sesak nafas.
"Sayang!" protes Aksa setelah Adel berhasil memisahkan bibir mereka.
Jelas terlukis raut tak suka, dahi Aksa mengerut, memandang Adel dengan alis yang nyaris menyatu.
Pria itu seperti seorang anak yang merajuk lantaran mainannya diambil.
"Aku sesak nafas, Sa!"
"Tapi saya rindu."
Adel merengut, dia melayangkan pukulan kecil di bibir prianya yang hendak menciumnya lagi.
Aksa tak membalas, dia hanya diam dengan nafas memburu saat sebelum kembali ingin mencium bibir Adel namun gadis itu segera menutupi bibir Aksa dengan sebelah tangan.
"Bibirnya, gak tahu tempat banget, sih!" deliknya galak.
"Ini masih ditempat kerja, dasar maniak bibir!"
Aksa hanya hanya terkekeh-kekeh menikmati wajah galak Adel yang mengomel.
Iya, Aksa tahu ini masih waktu kerja, tapi Aksa rindu dan Adel tak tahu itu.
Aksa duduk di atas meja kerja dan otomatis Adel duduk juga ikut duduk di sana, disela pahanya dan Aksa melingkarkan tangan pada pinggang Adel.
Aksa menyusuri leher Adel yang selalu membuatnya candu. Sesaat Adel meremang akibat sentuhan itu, "kenapa Aksa suka nempel di lehernya?"
Beberapa saat berada di posisi itu, tangan Adel terangkat untuk membelai pundak Aksa dan memberi pijatan-pijatan kecil di sana.
Seberapa keras Aksa berkerja sampai-sampai pundaknya liat begini? Atau——memang sudah liat karena olahraga?
Entah, yang pasti Adel terlihat gurat lelah di wajah tampan itu.
"Jangan capek-capek kerjanya, Sa, ingat kesehatan." katanya membelai sayang pipi Aksa yang memejamkan mata.
Aksa tersenyum, dia senang di perhatikan sepertinya ini, Aksa menarik tangan Adel dan mengecupnya lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Crazy [ END ]
General FictionArea rawan baper Follow untuk membuat bab yang terkunci . . Bagaimana jadinya jika bawahan harus seatap dengan atasan yang dijuluki pria gay lantaran tidak pernah mengandeng wanita di usianya yang menginjak angka 30 tahun? "Pak, kita mau kemana...