Tandai typo❤
____Aksa begitu telaten membalur tangan Adel dengan salep yang dia beli tadi, gerakannya begitu hati-hati dan sangat pelan, tampak sekali jika Aksa tidak mau menambah kesakitan Adel.
Beberapa kali juga Aksa meniup kulit merah itu saat bibir Adel meringis dan Aksa juga ikut meringis seolah dia juga merasakan kesakitan Adel.
"Masih perih?" tanya Aksa tanpa mengalihkan atensi, masih membubuhkan salep menggunakan jarinya, menolak saat Adel mengusulkan kapas.
Kata Aksa. "Kalau pakai kapas nanti gak nyerap, pakai tangan saja."
"Tapi ——" Adel yang masih sesegukan mencoba bernegosiasi, keukeh atas pendiriannya, "nanti tanganmu kotor."
Aksa berdecak karena hal sepele seperti ini saja harus menjadi perdebatan.
"Saya tidak akan mati hanya karena salep ini, Adelia, sekarang kamu diam, biarkan saya obati lukamu, mengerti?!" katanya lembut tapi tegas.
Intonasi suara Aksa tidak keras tapi siapapun tahu bahwa laki-laki itu tidak mau dibantah.
"Just a little bit," balas Adel menunduk, memperhatikan Aksa yang bersimpuh di bawah sedangkan Adel sendiri masih di posisi awal, duduk di atas sofa.
Aksa tersenyum kecil, menenangkan Adel yang mengernyit, sepertinya gadis itu kesakitan, obat mulai bekerja.
"Tahan sebentar, obatnya mulai bekerja," gumamnya menenangkan juga—— sorot hitam itu begitu lembut, hangat dan Adel hanyut dalam netra hitam Aksa yang sulit di tebak.
Beberapa kali Aksa meniup tangan Adel bahkan hidungnya beberapa menyentuh telapak tangan Adel hingga tubuh gadis itu meremang.
"Saya yakin setelah obat ini bekerja sakitnya akan berkurang, dan mungkin setelahnya kulitmu tidak akan melepuh, semoga saja," tambahnya lagi hanyut dalam ceritanya sendiri.
Aksa tidak mengalihkan atensinya sama sekali dari luka itu seolah beralih sedikit saja Adelia bisa hilang dari jarak pandangnya.
Sedangkan Adel tidak memberi respon apapun, yang dia lakukan hanya diam dan jarak sedekat ini bisa membuat Adel melihat Aksa sepuasnya.
Pria itu, meniup-niup tempat luka agar dirinya merasa lebih nyaman dan tak begitu perih.
"Kenapa pria itu begitu baik? Batin Adel, dia bukan hanya heran tapi juga kagum dengan perlakuan Aksa padanya.
Adel tidak tahu sejak kapan atasan punya tanggung jawab penuh terhadap bawahan seperti dirinya?
Pertemuan mereka begitu singkat tapi Aksa memenuhi semua kebutuhannya, memberinya tempat tinggal, melindungi dan laki-laki itu juga selalu memperhatikan hal-hal kecil yang bahkan tidak pernah Adel pikirkan.
Tapi Aksa? Dia seolah tahu tentang segala sesuatu yang ada pada dirinya yang tak sempat Adelia penuhi, lebih tepatnya pria itu seakan-akan paham keinginan kecil dalam hatinya.
Adelia yang jarang memperhatikan bagian luka ditubuhnya mendadak terkejut dipertemukan dengan orang yang suka rela menyembuhkannya.
Kenapa? Kenapa Aksa melakukan ini? Kenapa juga Aksa memberi perhatian yang mungkin bisa membuat Adel jatuh kedalam pesonanya meski sekarang Adel yakin dia telah jatuh kedalam pesona Aksa tanpa pria itu minta.
"Tokonya tutup?" pertanyaan itu bukan hal yang ingin Adel tanyakan tapi entahlah kenapa justru kalimat itu yang keluar.
Bahkan Adel tidak benar-benar memperhatikan Aksa sekarang. Lelaki itu menengadah, menatap Adelia dari bawah, bisa ia lihat netra itu tampak kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Crazy [ END ]
Ficción GeneralArea rawan baper Follow untuk membuat bab yang terkunci . . Bagaimana jadinya jika bawahan harus seatap dengan atasan yang dijuluki pria gay lantaran tidak pernah mengandeng wanita di usianya yang menginjak angka 30 tahun? "Pak, kita mau kemana...