Tandai typo❤
____Lima tahun kemudian.
__
Adelia menghempaskan tubuhnya pada kasur, memejamkan mata untuk mengusir penat yang mendera.
Dia berusaha untuk tidur tapi otak dan hatinya tidak bisa bekerja sama padahal sejak dua jam yang lalu dia sudah menguap lebar bahkan kedua matanya pun sudah mulai merah dan berair, kantuk menyerang tapi kenapa tidur sangat sulit dia lakukan?
Menyebalkan sekali bukan?
"Ah, ayolah mata——aku mohon kerja samanya." gumang Adel sambil mengelus puncak kepalanya sendiri agar dia bisa lebih cepat tidur.
Tapi sayang, semakin di elus semakin semakin berbinar. Kantuk tak lagi Adel rasakan dan dia kembali segar bugar seperti sedia kala.
"Ya Tuhan ....!"
Kenapa waktu begitu cepat berlalu? Padahal baru kemarin Adelia menginjakkan kaki disini dan hari ini sudah genap lima tahun tiga hari.
Tidak ada yang berubah, semuanya masih sama, baik dari segi fisik, sikap dan sifat seorang Adelia yang kini tumbuh menjadi wanita cantik yang anggun.
Ya, hari dimana dia memutuskan untuk pergi menyembuhkan luka-lukanya, kini dia sudah bisa menerima dengan hati lapang berkat perjuangan dan kegigihannya untuk bisa berdamai dengan keadaan.
Dan beruntungnya pilihannya tepat, sekarang Adelia sudah sembuh, dia tidak menangis karena sedih lagi, dia tidak takut lagi ketika bangun tidur dah berakhir dengan berhadapan dengan dunia.
Dia tidak takut lagi karena Adelia sekarang adalah perempuan dewasa yang punya pikiran dan gagasan yang luas, bijak dalam menyikapi takdir dan kehendak Tuhan,
Adela menganggap kejadian beberapa tahun yang lalu adalah bentuk pendewasaan diri, bentuk kasih sayang Tuhan dan sebagai bentuk validasi bahwa cara mencintai Tuhan itu ternyata beda-beda.
Ada yang diuji melalui keluarga, teman, kekasih, keinginan yang tidak pernah tercapai, lingkungan dan keterbatasan materi.
Masih ada banyak lagi bentuk ujian Tuhan, banyak variasi dan warna-warna, dan——
Mengapa otak Adelia baru terbuka sekarang? Ke mana saja adelia selama ini? Ujian adalah bentuk kasih sayang Tuhan pada makhluknya, Tuhan membangun hubungan yang berbeda dengannya dan Tuhan tahu bahwa seorang Adelia bisa dan mampu melaluinya.
Tapi-- sayangnya Adelia menganggap itu sebagai bentuk ketidakadilan karena dia tidak pernah beruntung dalam urusan apapun.
Lama diam dengan segala pikiran yang berkecamuk dalam otak cantiknya, Adel pun beranjak ke arah meja, perlahan dia membuka kotak kayu yang berisi surat, surat yang masih terbungkus rapi namun mulai usang, beberapa bagiannya pun sudah tampak ada yang sobek dan luntur.
Surat ini pemberian Ayah lima tahun yang lalu sebelum keberangkatannya kemari, Ayah berkata; "bacalah ketika sudah bisa berdamai, Ayah tidak akan membela diri, mungkin isi surat ini sedikit banyak akan menjawab segalanya."
Adel hanya diam karena dia tidak tahu harus membalas seperti apa, namun, kedua maniknya tampak berair dan dia mati-matian menahan agar tidak menangis, dia masih kecewa tapi dia tidak bohong, yang namanya perpisahan pasti akan menyakitkan.
Harusnya Adel senang bukan bisa lepas dari mereka semua? Tapi kenyataannya ada secuil kesedihan yang dia rasakan, wajah-wajah mereka yang mengantar Adel hari itu sendu, seperti dirundung kesedihan, mereka semua akan melepas satu-satunya gadis yang memilih berdamai dengan segala lukanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Crazy [ END ]
General FictionArea rawan baper Follow untuk membuat bab yang terkunci . . Bagaimana jadinya jika bawahan harus seatap dengan atasan yang dijuluki pria gay lantaran tidak pernah mengandeng wanita di usianya yang menginjak angka 30 tahun? "Pak, kita mau kemana...