Mr. Crazy. 16

13.9K 817 109
                                    

Tandai typo sobat❤
Ada yang belum tidur?
_____

Sudah lima belas menit Adel berkutat didalam sana, memasukkan beberapa potong baju dan barang-barangnya ke dalam tas berikut kedalam kardus sedang.

Tidak banyak yang Adel bawa mengingat dia tidak punya banyak barang juga karena Adel takut tempat yang Aksa sediakan tidak muat meski itu sangat mustahil.

Adel tersenyum miris melihat tidak ada sesuatu yang berharga yang dia miliki kecuali seuntai kalung di dalam kotak hitam yang sudah usang, juga sepatu yang seharga motor yang masih Adel simpan rapi.

Hingga detik ini Adel belum berani memakainya, Adel takut jadinya dia hanya menjadikan pajangan dan akan membawanya ikut serta ke apartemen Aksa.

Dia masih bertanya-tanya, siapakah gerangan pengirim sepatu itu?

Apa Adelia punya penggemar rahasia? Hey ... memangnya dia siapa?

Adel tersenyum geli saat pikiran jika seseorang mengaguminya dari jauh. Ck, benar, Adel tidak sepenting itu hingga orang yang entah siapa yang mengiriminya barang mahal. Buang-buang duit saja.

Tapi ——buktinya ini ada 'kan? Lantas apa yang harus ia ragukan?

"Belum selesai?"

Suara bariton dibelakang tubuh Adel membuat gadis iitu tersentak kaget, sontak Adel menoleh seketika.

Aksa berdiri di ambang pintu dan bersandar pada pintu yang sudah rusak di beberapa bagian.

Di sana, Aksa tersenyum kecil, melipat tangannya, tubuh Aksa yang menjulang tinggi nyaris terantuk kusen pintu kayu.

"Perlu bantuan?" tawarnya masih dengan senyum tipis yang sayangnya membuat Adel takut.

Pria itu menyusul Adel tanpa tahu bagaimana orang-orang melihatnya disepanjang gang, mereka penasaran sama pria yang berjalan di gang kumuh itu.

"Aksa?! Apa yang kamu lakukan di sana?" tanya Adel nyaris memekik panik.

Adel berdiri dan segera mendekat pada pria yang tersenyum lebar. Wajah gadis itu panik, sebelum menarik Aksa dari sana Adel mengitari suasana, dan—benar dugaannya, beberapa dari mereka berdiri dan menatap kamarnya dengan pandangan bertanya-tanya.

Ternyata Adel punya tetangga speak Intel.

Adel menarik tangan Aksa ke dalam dan segera menutupi pintu.

"Kamu ngapain, sih, Aksa!" ulang Adel lagi, gadis itu berkacak pinggang didepan Aksa yang lagi-lagi tersenyum kecil seolah menikmati wajah cemas perempuan tersebut.

Tinggi mereka yang tak sebanding membuat Adel harus mengangkat wajah demi melihat pria yang tersenyum menyebalkan itu.

"Menyusulmu, apalagi?" balas Aksa enteng.

"Aku sudah bilang tunggu di mobil saja, astaga ... Aksa!"

Tangan Adel meraup udara.

"I just want to be here."

"And that's a bad choice, ok? they will think badly about me."

"Bandel kamu!" imbuhnya setengah gemes. Ya—gemes karena Aksa tidak mau menuruti perintahnya.

Wajah Adel masam, tapi tidak dengan Aksa yang justru masih mempertahankan senyuman seakan-akan kepanikan Adel akan tetangganya tidak berarti apa-apa.

Adel masih cemberut, pun pandangannya membidik netra Aksa dengan intens.

"Kalau mereka mikir macem-macem gimana, Aksa?" Adel merengek, menghentakkan kakinya ke lantai, "pasti setelah ini akan ada gosip tentang kita."

"Setelah ini kamu tidak tinggal disini, Adelia, don't worry." Aksa mencoba menenangkan Adel yang sudah seperti bocah tantrum.

Mr. Crazy [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang