Tandai typo❤
Up dobel yak.
____Adel menggeleng lirih, dia mencoba menarik tangannya tapi tidak bisa, Aksa menggenggamnya erat tapi hati-hati.
"Aksa, please jangan bercanda kalau soal beginian," pungkasnya terkekeh lucu, aneh ya? Padahal tidak ada yang melucu disini tapi entah kenapa gadis itu tertawa yang sayang tawanya hanya ada di garis bibirnya.
Sementara Aksa hanya diam dengan wajah tak terbaca membuat tawa Adel perlahan-lahan mereda, suaranya berubah kecil, nyaris seperti bisikan, "aku——kamu tahu kan, kalau aku ini hanya gadis miskin yang tidak punya apa-apa, tidak ada sesuatu yang bisa dibanggakan dariku, Sa," katanya tergelak miris.
Adel bukan differentiate self agar merasa beda dari perempuan lain, Adel juga tidak sedang menarik simpati supaya Aksa semakin menaruh perhatian padanya.
This is how it is, Adel tidak mau membuat Aksa menyesal dengan kalimat tadi. Baiklah, Adel sangat berterimakasih tapi——she's can not accept it.
Ibaratnya Aksa seorang pangeran dengan segala ketampanan dan harta yang melimpah ruah sedangkan Adelia? Dia hanya upik abu-abu yang tidak akan pernah pantas bersanding dengannya.
You should know! Kasta mereka berbeda.
"Does it love need a reason?" balas Aksa cepat, memotong kalimat Adel yang mulai melantur.
Suara Aksa terdengar tegas tanda dia tidak menyukai opini Adel tentang dirinya sendiri. Dia tidak suka Adel berkata seperti itu.
"Aksa, ak——"
Cepat Aksa menempelkan jari dibibir Adel yang hendak kembali bersuara hingga bibir itu terkatup lagi, tubuh tinggi Aksa semakin memudahkan aksinya, mereka nyaris sejajar meski posisi Adel duduk di sofa.
"Don't talk anything, okay?" pinta Aksa lembut.
Tangan Aksa tidak berada di bibir Adel melainkan menangkup pipinya dan Aksa menegakkan tubuh, duduk di samping Adel yang masih terpaku hingga mereka duduk berhadapan.
"Saya tidak butuh alasan itu semua, kamu hanya perlu yakin bahwa saya tidak main-main."
Sebelah tangan Aksa berada dibalik punggung Adel, menyentuh kulit hangat yang hanya dilapisi piyama satin, jelas tindakan Aksa membuat seluruh tubuh Adel meremang apalagi Aksa juga menyapukan hidung pada hidung Adel.
Deru nafas pria itu juga membelai wajahnya, hangat dan memburu membuat Adel susah bernafas.
Adel melihat senyum tipis pada bibir itu, senyum itu tampak tenang seolah mengatakan bahwa Adel tidak perlu khawatir tentang semuanya.
"Tapi —ak-aku——"
Aksa segera mengecup bibir Adel guna menghentikan kalimat yang akan Adel lontarkan.
Aksa tersenyum, wajah Adel tampak kaget.
"Jangan katakan apapun karena itu tidak akan membuat saya mundur apalagi menjauh, Adelia," bisiknya.
"Saya menginginkanmu bukan karena ada alasan dan saya harap kamu mau bekerja sama dengan cara menerima permintaan ini."
Alis Adel menukik tajam, permintaan? Permintaan apa yang Aksa maksud?
"Saya serius, Adelia, saya ingin kita membangun hubungan, bukan hanya sebatas atasan dan bawahan, saya ingin lebih dari itu." pinta Aksa sungguh-sungguh.
Setelah itu Aksa langsung mencium bibir Adel tanpa membiarkan Adel menjawab terlebih dulu, ciuman itu tidak menuntut seperti kemarin, kali ini ciuman Aksa terkesan lembut, halus, santai dan tidak buru-buru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Crazy [ END ]
Narrativa generaleArea rawan baper Follow untuk membuat bab yang terkunci . . Bagaimana jadinya jika bawahan harus seatap dengan atasan yang dijuluki pria gay lantaran tidak pernah mengandeng wanita di usianya yang menginjak angka 30 tahun? "Pak, kita mau kemana...