Tandai typo❤
____Hingga malam menjelang Adel tidak melihat tanda-tanda Aksa kembali ke unit dan itu semakin membuat pikiran Adel kacau balau.
Rupanya kepergian Aksa yang entah kemana menjadi beban, Adel yang selama ini tidak peduli dengan sesuatu yang membuat hidupnya sedih tidak pernah dia hiraukan.
Sekarang? She's like a fairy that loses her a wings.
Apalagi setelah kalimat Rubi dan Nando siang tadi yang mengatakan bahwa Aksa sudah memiliki kekasih baru semakin membuat Adel dilanda kesedihan.
Tak urung gadis dengan mata Bron eyes itu termangu di sofa, berpangku tangan di atas lutut yang dia lipat, Adel menyimpan wajahnya di sana, hembusan angin dari jendela yang sengaja dia buka menerpa helaian rambut yang dia gerai, membiarkannya kusut.
"Aksa."
Entah sudah berapa puluh kali Adelia memanggil nama itu, menjadikannya mantra berharap Aksa datang dan menjelaskan kemana dia pergi.
Tapi, sayangnya yang Adel dapatkan masih lah kesunyian.
Adel merenungi nasib seorang diri, cara Adel menunggu kepulangan Aksa sudah seperti narapidana yang menungggu giliran untuk di eksekusi.
Menyedihkan!
Adel mendengkus di atas sofa lembut warna putih tulang milik Aksa, sofa hasil pilihan Adel saat mereka melihat brosur peralatan rumah tangga tempo lalu.
Adel yang saat itu menjadi penguasa unit memilih dan mengganti beberapa barang-barang di apartemen Aksa yang menurutnya kurang cocok dan--tentu saja tindakan itu Adel lakukan setelah mendapat persetujuan tuan rumah.
Aksa membiarkan Adel melakukan apapun sesuka hatinya, jika itu membuat Adel senang, Aksa tidak masalah.
Pernah mendengar kalimat, "pria butuh tangan peri cantik untuk mengubah hidupnya." Dan sekarang itulah yang terjadi pada hidup Aksa sekarang.
Sejak kedatangan Adel di unitnya, semuanya berubah nyaris 180%, beberapa hiasan dan warna cat dinding di ubah menjadi putih yang didominasi dengan warna-warna lembut khas seorang gadis pada umumnya.
Tidak hanya itu, beberapa hiasan bunga segar juga memenuhi beberapa tempat yang lagi-lagi itu hasil ide seorang Adelia yang katanya tanaman segar sangat penting untuk mereka.
Aksa hanya menurut tanpa membantah, bahkan saat unitnya di sulap pun dia hanya geleng-geleng kepala dan tersenyum tipis.
Pria itu membiarkan Adelia --gadis yang dia temui dalam durasi singkat, mengobrak abrik apartemennya dan mengubah apapun sesuka hatinya.
"Argh."
Adel mengerang, mengusap rambutnya hingga berantakan dan kusut, dia merutuki dirinya sendiri karena selalu memikirkan Aksa yang tidak ingat bahwa pria itu meninggalkan seorang gadis di unit besar ini sendirian, tanpa satu teman.
Ingat! Seorang diri!
Demi Tuhan! Bagaimana jika ada penyusup atau orang jahat?
Bisa saja kan, terjadi sesuatu yang tak di inginkan pada gadis itu, atau -Adel tanpa sengaja membakar tempat ini saat memasak, tercebur kedalam kolam renang dan Adel mengapung di atasnya, atau --Adel tergelincir dikamar mandi dan ditemukan satu minggu kemudian dengan status baru yaitu menjadi mayat.
"Ck, apa, sih, Del!"
Adel cemberut saat pikiran-pikiran buruk memenuhi otak kecilnya. Dia membuang jauh-jauh semua pikiran itu, gadis melirik sekilas jam mungil di sisi tv yang dia beli beberapa hari yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Crazy [ END ]
General FictionArea rawan baper Follow untuk membuat bab yang terkunci . . Bagaimana jadinya jika bawahan harus seatap dengan atasan yang dijuluki pria gay lantaran tidak pernah mengandeng wanita di usianya yang menginjak angka 30 tahun? "Pak, kita mau kemana...