Tandai typo❤
____Aksa menghempaskan tubuh pada sofa yang akhir-akhir ini menjadi pelampiasan kemarahannya, dia sering menghabiskan waktu di tempat itu tanpa mengenal waktu dan tanpa mengenal apa itu lelah.
Dia kembali menjadi workaholic dan saat ini kegilaannya semakin menjadi-jadi, bukan apa-apa Aksa menyibukkan diri dengan cara bekerja, dia hanya berusaha melupakan fakta yang membuatnya tak bisa berpikir, Aksa tidak tahu harus berbuat apa.
Setiap kali ingat tentang kenyataan bahwa mereka saudara, Aksa selalu lepas diri dan melampiaskan kemarahan pada apapun yang bisa dia jangkau dengan tangan.
Mengapa Tuhan tidak memberikan jalan keluar? Dia hanya ingin bahagia dengan wanita pilihannya, tetapi, mengapa justru hal lain yang dia dapatkan?!
"Adelia ...!"
Aksa mengerang di tempatnya, meremas rambut untuk menyalurkan sakit yang merambat di dadanya. Tubuhnya luruh, dia lemah dan tak kuasa untuk menopang.
"Demi Tuhan Adelia! Kenapa kita harus saudara?! Kenapa?!" gumamnya putus asa seraya menatap bingkai foto di tangannya.
"Katakan! Katakan kalau papa itu bohong! Katakan!"
Aksa hanya bisa merenung sampai akhirnya dia meminta Gery untuk mencari latar belakang Adel, dan dia hanya bisa diam saat Gery menyerahkan file yang berisi latar belakang gadis tersebut.
Dua minggu ini Aksa kembali menjadi Aksa yang dingin, irit bicara dan membatasi interaksi dengan siapapun, siapapun itu tanpa terkecuali.
Aksa belum bjsa menerima kenyataan bahwa gadis yang teramat dia cintai memiliki hubungan dengannya, dan sialnya hubungan itu adalah hubungan yang membuatnya benci karena tumbuh di tengah-tengah hidup papanya!
Kenapa?! Kenapa Aksa harus di takdirkan seperti ini?
Aksa menghela nalas kala mendapat puluhan pesan masuk yang sama sekali tidak dia buka, Aksa hanya melihat pesan itu dengan wajah pias, hatinya sakit setiap kali ponselnya berbunyi, pesan dari orang yang terus menerus mengirimnya puluhan pesan, Adelia.
"Adelia, i'm sorry."
Katakanlah Aksa bajingan, dia hanya berani menyebut nama Adelia kala dirinya sendirian, dia hanya meminta maaf tanpa berani menatap wajah gadis yang akhir-akhir ini menangis karena ulah bajingannya.
Setiap kali melihat wajah sembab Adel, ingin rasanya Aksa merengkuh tubuh itu, memberi perlindungan dan mengatakan semuanya, menjelaskan kenapa dirinya berubah menjadi pengecut dan bajingan seperti ini.
Setiap hari Aksa selalu dihantui perasaan bersalah, dia membiarkan Adel larut dalam pikiran buruk dan kesedihan, harusnya Aksa menjelaskan seperti apa hubungan mereka.
Hati siapa yang tidak sakit melihat wanita yang mereka cintai menangis? Itulah yang Aksa rasakan setiap kali melihat Adel menangis karena, dadanya diremas setiap kali melihat jejak air mata yang mengering di pipi tirus itu.
Aksa tahu kalau setiap malam Adel menunggunya pulang, Aksa juga tahu kalau setiap hari Adel selalu memasak dan menunggunya makan, Aksa juga tahu kalau setiap hari Adel selalu mengirim pesan, dan Aksa juga tahu kalau setiap hari Adel berusaha mengajaknya bicara, meminta maaf padahal Adel tidak salah apa-apa.
Disini Aksa yang bajingan karena dia tidak berani jujur, disini Aksa yang bajingan karena dia tidak berani mengatakan bahwa mereka adalah saudara.
Siapa yang berani berterus terang? Terlebih lagi ini adalah sesuatu yang menyangkut dua hati, apakah dia sanggup jika nanti Adelia memilih memutuskan hubungan mereka?

KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Crazy [ END ]
General FictionArea rawan baper Follow untuk membuat bab yang terkunci . . Bagaimana jadinya jika bawahan harus seatap dengan atasan yang dijuluki pria gay lantaran tidak pernah mengandeng wanita di usianya yang menginjak angka 30 tahun? "Pak, kita mau kemana...