Tandai typo sobat❤
Adel masih belum bisa bernafas lega, kejadian di ruangan Mr. Aksa tadi meninggalkan debar yang membuat jantungnya tidak sehat.
Pria gay itu punya sesuatu yang sulit di tebak, berada dalam jarak dekat seperti tadi membuat Adel kehilangan kewarasannya. Dia terpesona! Sungguh! Andai Mr. Aksa tidak memiliki penyimpangan pastinya Adel sudah menaruh hati sejak pertama kali melihatnya. Bahkan, kini pun gadis itu merasa terpesona.
Tapi ... secepatnya juga dia merutuk meski tadi Adel sempat kagum dan nyaris lupa diri.
Sampai pada jam pulang pun Adel tampak gagal fokus, setelah membereskan dapur bersama tim kebersihan dan membantu Paman Hans, Adel pulang setelah menolak ajakan Rubi untuk mampir di cafe dekat restoran.
Adel capek, dia butuh istirahat dan Rubi memaklumi itu. Padahal, Adel hanya mencoba menghindari segala bentuk pertemuan dengan Mr. Aksa yang entah kenapa hari ini lebih banyak mengunjungi tiap sekat ruang hingga tanpa sengaja tatapan mereka bertemu.
Tidak seperti malam-malam yang berlalu ketika Adel menghabiskan waktu di atas loteng, malam ini dia memilih pulang meski ketakutan kembali menyergap.
Setelah lewat jalan besar, Adel harus melintasi jalan gelap yang tidak ada pemukiman warga. Nyalinya menciut tapi Adel harus berani. Dia harus segera sampai di kos sebelum jam sepuluh malam, jalan semakin sepi dan resiko hal-hal buruk terjadi.
Benar, letak kos-kosan Adel berada di tengah-tengah hiruk kota Jakarta yang lumayan jauh dari keramaian, bisa di bilang tempat itu tempat terpencil dan menakutkan.
Beberapa bangunan tua berjejer, di huni oleh pasangan suami istri dan penduduk asli yang berkuasa hingga tidak jarang ada kejadian buruk menimpa para pendatang, pencurian misal.
Adel mengendarai motor bebek yang menemaninya beberapa tahun terakhir, hari ini Adel memilih membawa motor setelah beberapa bulan menghemat dan Adel memilih naik angkot untuk sampai di Hilton.
Alasan Adel tidak membawa motor untuk pergi bekerja adalah --hemat!
Untung jalan sedikit lenggang hingga Adel tidak khawatir dengan laju kendaran yang mungkin saja menghambat dirinya untuk segera sampai di kost san.
Gadis itu tidak terlalu fokus mengemudi, berkali-kali mengerjap guna menghalau kantuk yang menyerang. Juga --wajah Mr. Aksa melintas dalam otaknya.
Ck! Kenapa kamu membayangkan wajah dingin itu, Adelia?!
Fokus Adel semakin terbelah sampai dia tak sadar ada mobil melaju dari arah berlawanan dan menabrak depan motornya, mobil tersebut terus melaju hingga membentur pembatas jalan. Sedangkan motor Adel berhenti seketika dan tubuh gadis itu terjerembab ke depan bersamaan motor yang ambruk, kepala Adel membentur setir motor hingga keningnya sedikit mengeluarkan darah.
Decitan ban motor yang merekat di atas aspal terdengar nyaring, beberapa kendaran berhenti untuk melihat keadaan di sana.
Ah--apalagi ini? Batin Adel seraya menarik diri. Gadis itu mengaduh, untung dirinya tidak terpental ke tengah jalan, Adel bersyukur untuk itu.
Tidak ada luka serius namun sangat di sayangkan, motornya rusak dan--
"Apa kamu nggak punya mata, hah?!" bentak seseorang yang berjalan ke arah Adel dengan wajah merah.
Alih-alih menanyakan keadaan Adel, justru wanita tersebut menyalahkan Adel atas kecelakaan ini padahal sudah jelas-jelas Adel berada di jalur yang benar.
Wanita itu menuding Adel dengan jari telunjuk, nyaris menyentuh dahinya jika saja Adel tidak segera mundur.
"Kurang ajar! Lihat! Karena ulahmu mobil saya membentur pagar!" pekiknya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Crazy [ END ]
General FictionArea rawan baper Follow untuk membuat bab yang terkunci . . Bagaimana jadinya jika bawahan harus seatap dengan atasan yang dijuluki pria gay lantaran tidak pernah mengandeng wanita di usianya yang menginjak angka 30 tahun? "Pak, kita mau kemana...