Tandai typo❤
____"Ayo kita tidur," ajak Aksa setelah tangis Adel berhenti, tidak benar-benar berhenti, masih ada isakan kecil yang terdengar.
Kepala Aksa menoleh pada jendela, hari masih sangat pagi bahkan petang, diluar gelap dan sepertinya kembali tidur adalah pilihan yang tepat.
Tapi——sepertinya gadisnya tidak mau.
Aksa merasakan gelengan di pundak yang artinya gadis itu tidak setuju dengan ajakannya.
"Diluar masih gelap," katanya lembut, masih dengan suara membujuk sesekali mengelus punggung Adel yang terbuka sebab piyama satin itu, kulit Adel sangat dingin karena terpaan AC yang menyala.
Maka dari itu, untuk menghalau dinginnya AC, Aksa melingkupi gadis itu dengan lengan kekarnya berharap Adel tidak terlalu kedinginan meski tindakannya sia-sia. Tidak apa, setidaknya ia sudah berusaha melindungi.
Sepertinya Adel mulai terbuai dengan sentuhan tangan Aksa yang sudah seperti obat, pejaman mata Adel menjadi tanda bahwa gadis itu nyaman dalam posisi ini.
"Masih setengah lima, tidur lagi ya?" seru Aksa menambahi setelah melirik jam dengan ekor mata, masih membujuk saat mendapati Adel menguap beberapa kali.
"Nggak mau," balas Adel serak. Enggan membuka mata, entah karena ngantuk atau karena efek usapan lembut Aksa yang membuatnya terasa sangat nyaman.
Suaranya teredam dan tidak jelas karena posisinya masih ada dalam pelukan Aksa dan kepalanya pun tenggelam dalam dada bidangnya.
"Terus maunya apa, hm? Kita sarapan saja ya?" tanyanya yang di jawab gelengan kepala oleh Adel.
Aksa menghela napas, setelah sadar dengan pertanyaan konyol yang di lontarkan, Aksa meringis karena pertanyaannya terdengar garing.
Memangnya manusia mana yang makan pada pagi-pagi buta begini? Terkecuali orang yang begadang dan tidur di subuh pagi.
"Mau nyemil?"
"Enggak."
Aksa tidak putus asa, setelah penolakan tadi dia kembali menawari Adel beberapa hal. Mungkin secangkir coklat panas bisa mengembalikan mood-nya, semoga.
"Saya bikinin coklat panas, ya?" tawarnya lagi.
Dan lagi-lagi Aksa merasakan gelengan di dadanya.
"Nggak mau."
Apa Aksa belum tahu kalau Adel tidak suka sama cairan kental itu?
Bisa dikatakan Adel punya trauma sama cairan manis yang digilai banyak wanita tapi tidak dengan dirinya.
"Ok, apa mau nonton saja?"
Ide bagus, Aksa memiliki beberapa koleksi DVD terbaru di apartemen dan sampai sekarang masih tersegel dalam plastik, Aksa belum menontonnya dan ——sepertinya mengajak Adel adalah ide bagus. Hitung-hitung sebagai pendekatan diri.
"Enggak, Aksa," tolaknya halus karena tidak mau Aksa kecewa atas penolakannya.
"Aku nggak mau apa-apa."
Adel merasakan Aksa mengangguk dan satu kecupan dia sematkan di rambutnya, Aksa menciumnya, lagi.
"Mau jogging?"
"Enggak."
"Atau mau renang? Kamu belum coba kolam renang di belakang, kan?" usul Aksa lagi berharap mood Adel lebih baik dengan melakukan hal-hal baru.
Aksa tidak tahu apa yang membuat Adel menangis hingga memintanya untuk tidak pergi. Definitely Adel has a painful past to this like.
Bukan itu saja, Aksa juga merasakan ketakutan dikedua mata Adel dan getar suara saat memintanya. Aksa ingin bertanya tapi untuk saat ini tidaklah mungkin, dan semoga suatu saat Adel mau membagi kesedihannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Crazy [ END ]
General FictionArea rawan baper Follow untuk membuat bab yang terkunci . . Bagaimana jadinya jika bawahan harus seatap dengan atasan yang dijuluki pria gay lantaran tidak pernah mengandeng wanita di usianya yang menginjak angka 30 tahun? "Pak, kita mau kemana...