Tandai typo sobat❤
Malam tiba, seperti biasa, Adel akan pulang seorang diri, menolak ajakan siapapun yang menawarkan tumpangan. Bukan apa-apa dia menolak, Adel segan sekaligus tak tega, mereka sama-sama capek tapi harus mengantarkannya pulang dalam jarak tempuh yang lumayan jauh.
Akhirnya Adel pulang dengan gojek yang dia pesan di aplikasi, selang beberapa waktu Adel turun setelah membayar tagihan.
"Terimakasih, Pak." katanya tersenyum tipis.
"Sama-sama, Mbak. Eh—mbaknya gak mau di anter ke depan sekalian?" tawar sopir seraya mengamati jalan dan Adel bergantian.
"Tidak, pak. Terimakasih. Kost saya dekat, kok," tolak Adel halus. Setengah berbohong.
Lebih baik Adel jalan kaki daripada nanti rumor baru berhembus, kost tempat Adel di huni oleh orang-orang yang julidnya minta ampun, salah langkah sedikit saja Adel bisa jadi bulan-bulanan.
Sopir itu menggangguk kemudian berlalu dari sana, meninggalkan Adel seorang diri di pinggir jalan raya.
Adel menarik nafas, memandang lesu ke arah depan—ke arah jalan temaram di gang sana. Di sana tampak sepi mengingat hari sudah larut, jam setengah sembilan malam—kendaraan pun hanya beberapa yang melintas di gang tempat kost nya berada.
Niat hati ingin melangkah dan menyeberang jalan, mendadak tubuh Adel mematung, lampu mobil menyorot ke arahnya dan saat mesin itu mati, suasana menjadi mencekam.
Tubuh Adel gemetar di tempat, tatapannya was-was seraya memperhatikan tempat sekeliling. Siapa dia? Jangan-jangan perampok.
"Adelia! Apa yang kamu lakukan di sini?!" kata seseorang setengah berteriak.
Adel mengerjap.
"Adelia!"
Itu ——Mr. Aksa yang menyembulkan kepalanya dari balik pintu mobil hitam. Menatap Adel dengan alis bertaut dan mata yang menyorot tajam.
"Sa—saya, mau pulang."
"Terus ngapain kamu berdiri di sini?!"
"Saya mau pulang." Adel mengulang lagi jawabannya, tersenyum kaku.
Aksa berdecak, dia memperhatikan jalan di ujung sana, suram dan gelap tapi Adel malah jalan kaki, seorang diri?
Gadis itu benar-benar keras kepala.
Aksa turun dari mobil dan mendekati Adel yang berdiri sembari memegang tas kerja, kepalanya menunduk tidak berani menatap Aksa. Sesaat tatapan mereka terpaku, Aksa sendiri termangu di tempatnya melihat penampilan Adel. Matanya bergulir ke atas ke bawah, ah——ternyata setelan baju yang dia pilih sangat pas di tubuhnya.
Ingatkan Aksa untuk berterimakasih pada Bunda tentang banyak hal yang di tanyakan sejak kemarin malam serta obrolan kecil saat Aksa menghubungi Bunda hingga pertanyaan-pertanyaan menuntut di todongkan padanya.
"Why suddenly ask like this?"
"Hm, just for purposes."
"For what? Tumben sekali?"
"Siapa dia? Orang istimewa?" tanya Bunda setengah menggoda.
Aksa menghela nafas. Melirik sebentar ke arah tangga kamar Adel.
"Not for something special, there are workers who have uncomfortable standards of appearance to be eye I'm initiative to buy it some pairs of clothes settings. Bukankah ini akan berpengaruh pada kenyamanan pelanggan?" Aksa berkata apa adanya, tidak ada hal istimewa terjadi, menurut Aksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Crazy [ END ]
General FictionArea rawan baper Follow untuk membuat bab yang terkunci . . Bagaimana jadinya jika bawahan harus seatap dengan atasan yang dijuluki pria gay lantaran tidak pernah mengandeng wanita di usianya yang menginjak angka 30 tahun? "Pak, kita mau kemana...