Tandai typo sobat❤
______Mata Adelia berpendar ke segala penjuru apartemen Aksa yang malam ini terlihat lebih mewah dan luas padahal kemarin tampak biasa saja. Juga—ternyata tidak ada satu apartemen di luar sana melainkan beberapa bangunan yang berjejer.
Adel berpijak, berdiri di halaman luar, terpukau sesaat. Dari luar tampak biasa saja tapi ——bangunan ini begitu indah dan di tumbuhi beberapa tanaman hias dan bunga-bunga yang mulai bermekaran.
"Ayo," ajak Aksa melangkah lebih dulu dan Adel mengekor di belakangnya.
Adel tidak bersuara sama sekali, pandangannya lurus ke arah depan pada punggung yang bergerak seirama, otot-ototnya tercetak jelas membuat Mr. Aksa berkali-kali lipat lebih menawan meski yang Adel lihat hanya belakang tubuhnya saja.
Sesampainya di dalam, mereka berdiri berhadapan, mengunci tatapan beberapa saat sebelum Aksa mempersilakan Adel duduk di sofa dan Aksa pun segera menyusulnya. Mereka duduk berseberangan.
Sejenak pandangan Adel menyapu ke penjuru apartemen.
Sekarang Adel baru mengamati bagaimana keadaan apartemen mewah Aksa, benar-benar mengamati dengan otak jernih. Posisi Adel yang duduk menghadap area dapur jelas bisa melihat apapun yang ada di sana.Ada satu lemari kaca transparan yang di dalamnya ada gelas kristal yang tersusun rapi, Adel memang bukan pecinta minuman beralkohol tapi dia tahu jenis gelas yang ada di sana adalah gelas yang digunakan untuk wine, tequila dan lainnya.
So, Aksa mengonsumsi minuman beralkohol?
"Saya harap kamu nyaman di sini," kata Aksa tiba-tiba dengan suara yang sedikit nyaring.
Adel yang tengah memindai isi apartemen segera menoleh, mengerjapkan matanya saat tatapan mereka bertemu, tatapan Aksa begitu intens membuat Adel kikuk tak nyaman. Pria itu bersandar sepenuhnya pada sofa dan merentangkan kedua tangan sejajar dengan lengan atas. Posisi itu begitu seksi.
"Mari kita buat kesepakatan, Adelia," kata Aksa spontan, lugas dan tegas.
Adel terhenyak mendengar penuturan pria itu.
Kesepakatan? Kesepakatan seperti apa yang di maksud? Simbiosis mutualisme? Adel tahu maksud kalimat tersebut —dimana ada kesepakatan yang melibatkan dua pihak yang saling menguntungkan. Tapi —disini keuntungan apa yang Mr. Aksa dapat darinya jika Adel menyetujui kalimatnya tadi?
Adel tidak lekas menjawab, dia hanya diam dan wajahnya tampak gelisah, Aksa mengerutkan kening melihat ekspresi tak terbaca gadis itu.
"Why?" tanya Aksa karena Adel hanya diam dengan tatapan kosong, seperti memikirkan sesuatu. Apakah gadis itu terpaksa? Aksa mengeram kecil. Bodoh sekali! Sudah jelas kalau Adel terpaksa tinggal di sini dan Aksa masih bertanya?
"Um——saya-barang-barang saya masih ada di kost," balasnya mencicit pelan
Alih-alih menjawab tawaran tadi, justru Adel membahas tentang barang-barangnya dengan wajah polos tanpa dosa.
Astaga ... ingatkan Adel untuk mengambil barang dan beberapa keperluannya yang dia tinggalkan di kost lain hari. Tidak ada barang berharga yang Adel punya, hanya beberapa potong baju dan keperluan kecil lainnya.
Besok atau entah kapanpun itu Adel akan pergi ke sana setelah kesepakatan yang Mr. Aksa maksud tadi.
Tak ada yang bersuara, Adel memainkan sepatu di bawah sana sedangkan Aksa meraup wajah dan menyisir rambut dengan lima jari, lega.
Rupanya ini yang membuat Adel diam? Aksa menghela nafas lega, dia menarik diri dari sandaran sofa dan duduk tegak, memangku tangan dengan tubuh yang di condongkan ke depan. Tatapannya lurus ke arah netra lembut Adel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Crazy [ END ]
General FictionArea rawan baper Follow untuk membuat bab yang terkunci . . Bagaimana jadinya jika bawahan harus seatap dengan atasan yang dijuluki pria gay lantaran tidak pernah mengandeng wanita di usianya yang menginjak angka 30 tahun? "Pak, kita mau kemana...