Tandai typo❤
____Sejak insiden kemarin -dimana Aksa yang mencium Adel di kos-an sempit hingga membuat bibir Adel bengkak, gadis itu menghindari segala bentuk interaksi dengan Aksa.
Gadis itu bungkam seribu bahasa, setelah pulang pun Adel langsung masuk kedalam kamar, mengurung diri, memegangi bibir sepanjang waktu sementara jantungnya tidak berdenyut hebat.
Bahkan seharian ini Adel tidak keluar kamar dan beruntungnya ini hari sabtu yang artinya restoran tutup. Jadi—— Adel bisa bebas mengurung diri didalam kamar, menghindari pria yang sudah menabur malu diwajahnya.
Hari masih sangat pagi--still half hour four tapi gadis itu sudah berkutat dengan alat canggih di dapur apartemen Aksa.
Adel memasak udang serta cumi yang sudah dia bumbui dan di masukkan kedalam kulkas, Adel akan membuat sarapan yang cepat namun mengenyangkan, disamping itu Adel juga memasak air untuk membuat kopi untuk Aksa.
Dengan mata terkantuk-kantuk dan rambut serta tubuh yang masih memakai piyama hasil pilihan Aksa, Adel memulai ritual secepatnya, tampak buru-buru.
Hal itu Adel lakukan lagi-lagi untuk menghindari Aksa makanya dia segera menyiapkan sarapan dan-setelah itu dia akan mengurung diri seharian.
Enggan bertemu pria gay mesum itu.
Bahkan Adel sampai tidak sadar dengan penampilannya yang bisa membuat mata pria berbinar. Dia sudah seperti daging segar yang siap menjadi santapan singa lapar.
Piyama itu memang tidak seksi menurut Adel namun cukup membuat lekuk tubuhnya tercetak apalagi bagian dada Adel memiliki size yang cukup besar untuk ukuran tubuh mungilnya.
Piyama berbahan satin lembut itu sangat pas ditubuh Adel, panjangnya di atas lutut hingga kaki jenjang Adel terekspos.
Bentuk bagian dadanya sedikit melengkung kebawah dan bertali spaghetti hingga bahu serta lehernya terpampang berikut dengan bintik-bintik di kulit putihnya dan——kalung dengan bandol huruf A semakin mempermanis penampilannya.
Help! Adel harus memberi empat jempol pada Aksa karena seleranya sangat tinggi dan fashionable, laki-laki itu memilih pakaian yang tampak begitu pas di tubuhnya seakan baju-baju itu telah dirancang khusus untuknya.
Warna merah gelap, warna yang cukup menantang untuk mata laki-laki, Adel sangat menyukai piyama yang dia pakai, dia berasa melihat dua orang yang berbeda.
Geez, bolehkah Adel berbangga diri? Dia cantik dan--Eum... Sexi.
"Ehem... nggak boleh sombong, nggak boleh sombong, Adelia," ikrarnya tertawa kecil pada dirinya sendiri, "tapi nggak apa-apa dong muji diri sendiri, iya, kan?" setelah itu Adel mengayunkan tubuhnya seperti sedang menikmati lagu.
Tubuh mungil itu tampak lincah.
Harusnya Adel takut memakai pakaian seperti itu di sini apalagi dia tidak tinggal seorang diri.
Disini ada predator yang sudah membuat bibir Adel bengkak kemarin.
"Ok, kamu harus cepat, Del, disini bahaya, disini bahaya," katanya bergumam pelan dengan alis tertaut, Adel membersihkan beberapa wadah kotor dan mulai meracik kopi untuk Aksa.
Adel bergidik membayangkan Aksa di sini, selain malu pasti dia tidak akan selamat. Bajunya ini bahaya tapi Adel nekat memakainya.
Tidak ada pilihan lain dan Adel tidak punya banyak waktu untuk sekedar ganti baju, lagi pula jam segini Aksa masih tidur pulas, lelaki itu tidak akan bangun, jadinya Adel bebas karena pria mesum itu tidak akan terjaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Crazy [ END ]
General FictionArea rawan baper Follow untuk membuat bab yang terkunci . . Bagaimana jadinya jika bawahan harus seatap dengan atasan yang dijuluki pria gay lantaran tidak pernah mengandeng wanita di usianya yang menginjak angka 30 tahun? "Pak, kita mau kemana...