68

2.9K 387 23
                                    

Selamat membaca

Persetujuan yang diberikan oleh Taehyung langsung disampaikan pada Mathew sebelum dia pergi ke Korea.

"Mommy bilang putra Daddy ini dapat panggilan dari timnas Korea betul begitu?" Mereka berdua sedang duduk dibelakang rumah sambil memandang matahari terbenam.

"Ya betul," melirik sebentar pada Taehyung, "Kalau begitu berangkatlah penuhi panggilan itu, wujudkan salah satu impianmu walaupun masih berada di kelas u16 siapa tahu akan dipanggil ke timnas senior." Taehyung meraih badan Mathew dan memeluknya. Putra yang dulu selalu dia gendong kini sudah besar bahkan sudah bisa menentukan tujuan hidupnya. Rasanya waktu berjalan begitu cepat.

"Daddy menangis?" Tanya Mathew saat merasakan ada air yang mengenai tangannya. Benar saja saat melihat wajah Taehyung, matanya basah.

"Terharu karena apa yang Mathew impikan dan inginkan sedikit demi sedikit bisa tercapai dengan segala usaha yang telah kamu lakukan. Maafkan Daddy jika selama ini belum bisa menjadi Daddy yang Mathew inginkan, maaf juga karena kita tidak bisa sering bermain bersama. Jaga kesehatan, latihan dengan semangat jika nanti terpilih menjadi sekuat final Daddy pastikan akan menonton pertandingan perdanamu dengan timnas."

Tangis Taehyung semakin kuat, hal yang sama ketika harus melepas Alex hidup sendiri di apartemen demi menutut ilmu. Karena hal seperti ini mengingatkan Taehyung bahwa putra-putrinya semakin besar dan  akan sibuk dengan cita-cita mereka. Mungkin suatu hari nanti di rumah hanya ada Taehyung dan Rosé yang menunggu kepulangan putra-putrinya.

"Daddy itu yang terbaik, justru Mathew yang belum bisa menjadi anak baik. Tercapainya impian dan cita-citaku juga berkat Daddy yang selalu mendukung dengan memberikan fasilitas terbaik. Mathew akan melakukan yang terbaik karena aku ingin Daddy, Mommy, Alex Hyung dan dongseng melihatku dipertandingan perdana bersama timnas. Terimakasih Daddy, love you." Memeluk erat Taehyung dan memberikan kecupan di pipi sebelum masuk rumah.

"Love you too." Segera mengusap air matanya atau nanti akan diledek lagi oleh Rosé. Istri Taehyung memang lebih tegar, sewaktu Alex pamit untuk hidup sendiri pun tidak menangis hanya saja setiap ada waktu senggang akan mengunjungi dan setiap hari menelfon.

*

"Menangis lagi?" Nah kan tetap saja ketahuan oleh Rosé.

"Aku hanya merasa semakin tua karena putra-putri kita sudah tahu arah tujuan hidupnya." Mengutarakan apa yang dirasakannya, "Kita memang sudah semakin tua, lihat sudut matamu ada keriput." Sambil menunjuk sudut mata yang dimaksudnya.

"Ya ya, ngomong-ngomong bajuku sudah di rapikan?" Mengingat besok pagi Taehyung harus terbang ke Korea, "Sudah, aku akan mengeluarkan koper lagi untuk digunakan Mathew."

"Secepat itu dia pergi?" Masih tak percaya jika putra keduanya akan berpisah dengan mereka, "Ck dia di Korea nanti Yeobo juga bisa bertemu jika memang diijinkan mengingat Mathew akan tinggal di mes pelatihan."

"Jadi kapan urus kepindahannya?" Akhirnya memang diputuskan untuk pindah dan menetap di Korea, "Besok akan aku urus tapi memang tidak akan bisa cepat, Alex akan datang mengunjungi saat libur semester."

"Astaga dia tidak menelfonku," Taehyung menggelengkan kepala karena tidak dihubungi oleh Alex, "Dia bilang nanti karena jika sekarang mengganggu Daddy yang sedang menangis begitu katanya, tebakan dia benar Yeobo sedang menangis."

"Terus saja ledek aku begitu." Menutupi seluruh badannya dengan selimut, "Yeobo ya! Aku adukan pada Alex agar Yeobo semakin di ledek olehnya."

"Kalian memang senang sekali meledekku!" Semakin merengek bak anak kecil yang tidak diberikan permen, "Berhenti merengek, malu jika Mathew tahu apalagi sampai bilang pada Alex." Putra sulung Rosé itu memang bisa menjadi ancaman yang cukup manjur untuk membujuk Taehyung.

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang