Haii, haii, haiii..
--
Gimana puasanya?
Masih lancar kan?
--
--
Bacanya sambilPlay song=> Naff: Akhirnya ku menemukanmu, yaa..
Selamat membaca!
--
--Jika nanti kusanding dirimu, miliki aku dengan segala kelemahan ku. Dan, bila nanti engkau di sampingku, jangan pernah letih untuk mencintaiku.
--Ku menemukanmu
Seperti hari-hari biasanya. Penghuni meja pojok paling belakang tengah asyik dengan kegiatan masing masing. Athan yang sibuk menghabiskan semangkuk mie ayam. Bagas yang masih sibuk dengan game karena target push range-nya, meski sesekali dia menyedot ice cappucino yang di pesannya.
Sementara Raga, lelaki yang biasanya terlihat santai dan tak ada niat untuk bergerak. Kini menjadi paling aktif, kepalanya tak henti-henti menengok ke sana ke mari. Bangkit, lalu duduk kembali. Dan itu terjadi berulang-ulang sampai Athan merasa jengah.
"Lo cacingan apa gimana sih, Ga? Dari tadi nggak bisa diem!"
Yang ditanya tak menyahut sama sekali. Raga hanya kembali duduk dan memainkan pematik milik Athan. Sampai suara seseorang dari saluran speaker broadcast masuk ke telinga Raga. Suara yang yang sedari tadi Raga cari pemiliknya.
Raga pergi dengan tergesa, membuat Athan dan Bagas saling bertukar pandang. Kemudian keduanya kembali pada kesibukan masing-masing.
Raga berlari menuju kelasnya, membuka tas, dan mengeluarkan isinya yang hanya satu biji buku dan pulpen. Lelaki itu mulai menuliskan sesuatu. Dia melipat-lipat kertas tersebut menjadi sebuah pesawat kertas.
Selesai dengan misi pertamanya, Raga mencegat seorang siswa kelas sepuluh yang lewat di depannya.
"Eh, woy! Sini, sini."
Yang dipanggil mendekat. "I-iya, kenapa, Kak?"
Raga yang semula bersandar di tiang kemudian berdiri tegak. "Sini, deketan."
Melihat penampilan Raga yang jauh dari kata baik membuat siswa tersebut hanya menurut saja.
"Lo tahu sunflower?" Siswa itu mengangguk. "Kasih ini ke dia, bilang requestan dari salah satu murid. Suruh dia bacain suratnya juga. Paham?"
"Oke."
Setelah Raga memberikan suratnya, siswa tersebut hendak pergi. Namun, Raga kembali memanggilnya. "Tunggu dulu." Lelaki itu mengeluarkan sebuah uang kertas berwarna biru. Lalu memberikannya pada siswa tadi. "Ongkirnya."
Siswa tersebut tertegun beberapa saat. Dalam hati dia berkata, anjirr jalan beberapa meter doang gue dikasih ongkir sebanyak ini? Tanpa rasa gengsi dia menerimanya dengan senang hati. "Thanks, Bos. Gue pastiin surat lo sampai tujuan dengan selamat."
Raga hanya mengacungkan jempol dengan wajah tanpa ekspresi sebagai jawaban.
Siswa yang di suruh Raga tadi menyampaikan pesannya dengan baik. Setelah mencari lagu yang di request, Naya membacakan surat yang ingin di sampaikan orang yang merequest lagu tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ragashka [END]
Teen FictionCinta memang rumit. Seperti benang kusut yang sulit di uraikan. Memilih atau dipilih, menerima atau diterima. Semuanya bergantung pada, bagaimana Tuhan memainkan skenarionya. Raga tidak pernah menyangka akan menjatuhkan hati pada gadis berisik seper...