27. Mengabadikan

253 22 2
                                    

Khusus hari ini aku bakal up 5 chptr.
--
Tiga chapter berikutnya nyusul ya🙂
--
Jangan lupa vote.
--

Selamat membaca!!

--

Senyum yang merekah terekam sempurna di lensa kamera. Dan rasa kita berdua akan abadi di relung hati.

❄️❄️❄️

Deruman suara motor mengiri tawa sepasang kekasih yang baru saja meresmikan hubungannya. Langit gelap tak selalu tentang sedih maupun duka bukan? Bahkan, Naya, si gadis petrichor ini menantikan tetesan air hujan jatuh menyentuh aspal, dan membasahi dirinya. Bagi Naya, hujan tidak melulu perihal kesedihan. Bahkan Naya ingin mengukir banyak kenangan bersama hujan, bersama Raga. Lelaki yang membuat Naya merasa sempurna.

"Kita sebenarnya mau ke mana sih, Ga?" tanya Naya ketika rasa penasarannya tak mampu dia bendung. Seusai dari taman, Raga mengajak Naya ke suatu tempat. Tapi lelaki itu tidak menjelaskan ke mana persisnya mereka akan pergi.

Raga tak menjawab, dia hanya mengukir senyum di balik helm full facenya. Raga menghentikan laju motornya tanpa aba-aba. "Na, tolong ambilin kamera di tas aku."

Aku?

Tak mendapat respon dari gadis tersebut Raga kembali memanggil. "Nayanika?"

"Hah, apa?"

"Ambilin kamera di tas aku, Na.." ucap Raga mengulang perkataannya.

Naya tak menjawab, dia langsung membuka tas milik Raga lalu mengambil sebuah kamera dan memberikan itu kepada pemiliknya.

"Buka dulu helmnya, Na.."

Naya seperti terkena sihir. Dia tidak berkata apapun dan hanya menuruti apa yang Raga perintahkan. Sampai Naya menyadari di mana mereka berada sekarang. Gadis itu memukuli pundak Raga. "Ga, ngapain berhenti di sini? Nanti kalau orang-orang mikir aneh tentang kita gimana?"

"Foto," jawaban entengnya mendapat pelototan dari Naya. Namun, lelaki itu malah mengukir senyum manis. "Serakang foto di luarnya aja dulu, kan baru resmi sebagai calon. Nanti, dua tahun lagi, baru fotonya di dalam sana, pake background biru."

Sebutlah Raga setengah gila, bagaimana bisa dia dengan santai mengatakan itu di saat Naya setengah mati menahan debaran yang hampir membuncah. Saat ini mereka tengah berada di depan Kantor Urusan Agama. Bisa kalian bayangkan bagaimana perasaan Naya? Terlebih ketika lelaki itu dengan mantap berkata 'dua tahun lagi'.

Raga mengarahkan kameranya secara terbalik.

"Satu.. duaa.. tiga.."

Senyum penuh menghiasi kedua wajah mereka. Ini adalah senyum pertama yang Raga abadikan dalam lensa kameranya sendiri. Lesung pipitnya menambah daya tarik lelaki dengan julukan Antarktika. Tapi Naya rasa.. julukan itu kini tak lagi menggambarkan seorang Ragashka Mahdava. Sebab, Raga terlihat sangat hangat ketika bersamanya.

Kedua remaja yang masih nangkring di atas motor itu tertawa malu ketika seorang petugas KUA memperhatikan mereka.

"Raga, cepetan jalan ih malu, kita di lihatin tauuu.." bisik Naya seraya memakai kembali helmnya.

"Hahaha.. nggak apa-apa, toh kita nggak kenal mereka. Mereka juga nggak kenal kita."

"Dih, nggak gitu juga konsepnya, Ragaa.."

Raga kembali tertawa melihat kegemasan di wajah Naya. Kemudian kembali terdiam. Dan Naya pun tak lagi bersuara. Gadis itu tengah menikmati tetesan hujan yang turun dari langit.

Ragashka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang