47. Masih Kamu

181 12 12
                                    

Diantara ribuan diksi indah, diantara jutaan fatamorgana, Nayanika masih menjadi candunya.

—Ragashka Mahdava

—Ragashka Mahdava

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


❄️❄️❄️

Naya masih berjinjit sambil mengedarkan pandangannya ke luar gerbang. Mencari sosok yang tidak ditemuinya di hari ini. Decakan kesal terdengar dari bawah kakinya sebelum bangku tak layak pakai yang menjadi tumpuannya bergoyang.

"Sabi! Tahan dulu yang bener nanti gue jatoh!"

Sabilla yang memang sudah kesal sejak tadi akhirnya meledak juga. "Lo lagian ngapain sih pake ngintip-ngintip kayak gini? Tinggal lo cari lo tanyain langsung aja apa susahnya? Pegel nih tangan gue megangin bangku yang nyawanya tinggal setengah gini."

"Gue tuh nggak mau disangka pacar posesif yang cemburuan, Sabilong."

"Kenyataannya lo emang cemburu, Nayanika.. dan itu nggak dosa. Lo nya aja yang so keren padahal aslinya uring-uringan karena takut Raga beneran janjian sama boneka setan itu."

Naya mengembuskan nafas berat. Sepuluh menit Naya mengintip warung babeh berniat mencari sosok Raga tapi tidak ia temukan. Bahkan Athan yang biasanya ada di sana pun tidak terlihat. Sekeras apapun Naya menyangkal pada akhirnya cemburu pemenangnya. Padahal Naya sudah bertekad untuk memberikan kepercayaan penuh pada Raga.

"Bi, Bi, pegang yang bener ini gue mau turun nih." Kursi yang di naiki Naya hilang keseimbangan dan Sabilla tidak mampu menahannya. "Anjir Sabi!"

"Aw, ssshh... Nayanikaaa lo kalo sial kenapa bawa-bawa gue sih!" Sabilla menggerutu saat Naya menyeretnya ikut jatuh. "Gue punya temen gini amat."

"Ih, Sabilong lo sih ngomel-ngomel mulu gue jadi jatoh kan. Aduh!" Naya menepuk-nepuk tanah yang menempel di telapak tangannya. Tak lama ponselnya berdering dan Naya segera mengangkatnya.

"Raga.."

Sabila mencebik kesal saat menyaksikan perubahan raut wajah Naya yang semula muram mendadak seperti sedang mendapat jackpot.

"Nggak ke kantin kenapa?"

"Hah?" Naya terkesima saat ditodongkan pertanyaan itu. Ia celingukan ke sana kemari. Barangkali Raga saat ini sedang bersembunyi memperhatikannya. "Tau dari mana? Kamu di mana?"

"Dapet laporan dari Athan kalo princess nya Raga Mahdava melewatkan makan siangnya."

Naya mengigit pipi bagian dalamnya karena tersipu.

"Ambil makan siangnya di pak satpam ya. Dimakan jangan sampe nggak."

"Bucin akut mana peduli temen kesangkut. Bener-beneerrr... punya temen sekalinya jatuh cintong begini banget," cibir Sabilla saat berusaha melepaskan kaos kakinya yang tersangkut paku yang menempel di kursi yang mencuat keluar.

Ragashka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang