Besti-bestiku yang baik hati
Alangkah baiknya vote sebelum baca dan tinggalkan komentar setelah selesai😁--
Happy Reading!!
❄️❄️❄️
"Devan?"
Devan mendengus kesal. "Sahabat macam apa lo bikin party gak ngajak-ngajak gue?"
Naya tersenyum lebar. "Heee.. sorry, gue lupa. Lagian ini dadakan Van, surprise kecil-kecilan. Lo juga nggak keliatan seharian tadi."
"Parah lo, sama sahabat sendiri lupa! Untung tadi gue papasan sama Tante Diana."
Naya memeluk lengan Devan lalu menariknya untuk ikut gabung. "Sorry deh sorry. Udah sana lo gabung sama mereka, gue mau jemput pemeran utamanya dulu."
"Sendiri?"
"Berdua."
"Sama Zein?"
Naya menggeleng sambil terus jalan. "Sama bayangan," sahutnya diakhiri kekehan.
Ingin mengumpat pun percuma. Sebab Naya mengatakan itu sambil lalu. Akhirnya Devan memilih bergabung dengan Sabilla. Menikmati beberapa cemilan yang tersedia.
"Lg di mana?"
Sembari menunggu balasan pesan dari sang pemeran utama, Naya duduk di atas motor yang akan dia pakai untuk menjemput Raga.
Tak berselang lama Raga langsung menelpon Naya."Akhirnya di angkat juga. Na maafin aku, please.. sumpah aku hampir gila kamu cuekin gini, Na."
Suara cowok di sebrang sana terdengar dalam, mirip sebuah rintihan.
"Kamu lagi di mana?"
"Di rumah. Kenapa?"
"Aku ke sana sekarang ya?"
"Eh, aku aja yang ke sana atau aku jemput, Kamu di lagi di mana?"
"Lima belas menit lagi aku sampai sana. Tunggu, jangan kemana-mana."
Belum sempat Raga menjawab Naya langsung mematikan sambungan telponnya. Ia mulai mengendarai Scoopy berwarna cokelat dan melaju di jalan yang tak terlalu ramai.
❄️❄️❄️
"Siapa yang ngizinin kamu bawa motor sendiri?""Na, yakin kamu bisa bonceng aku?"
"Pake mobil aku aja ya? Atau aku yang nyetir motornya."
"Naik atau aku tinggal?"
Naya bersikukuh untuk membonceng Raga. Gadis itu tidak suka di remehkan. Kali ini Naya akan menunjukkan skill terpendamnya agar Raga berhenti mengoceh.
Raga menghela nafas berat. Meski tidak yakin akan aman dan selamat, dia benar-benar menyerahkan seluruh hidupnya pada gadis kepala batu itu.
"Pelan-pelan aja ya? Inget utamakan keselamatan." peringat Raga saat sudah duduk di belakang Naya.
"Gak percayaan banget sama pacar sendiri," ketus Naya sebab sedari tadi Raga terus mengatakan hal yang sama.
"Bukan nggak percaya, Na.. aku sayang nyawa, sayang kamu juga."
Naya tak menyahut lagi. Dia mulai menarik pedal gas dan melaju di jalanan. Di tengah perjalanan percikan air mulai turun dari langit. Hal tersebut membuat Naya menambah kecepatan laju motornya. Meski itu hanya gerimis kecil, bahkan nyaris hanya beberapa tetes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ragashka [END]
Teen FictionCinta memang rumit. Seperti benang kusut yang sulit di uraikan. Memilih atau dipilih, menerima atau diterima. Semuanya bergantung pada, bagaimana Tuhan memainkan skenarionya. Raga tidak pernah menyangka akan menjatuhkan hati pada gadis berisik seper...