Selamat membaca!!
--
--
Seperti memiliki dendam kesumat, dengan sengaja Zein menghukum Raga secara terpisah sendirian. Namun, Raga masih berdiri santai di pinggir lapangan dekat gedung lab komputer yang berlantai dua.
"Maju lo." Raga maju dua langkah. Tangannya masih ia tenggelamkan di saku celana. "Sekolah ini punya aturan, dan lo wajib ikutin aturan itu."
"Nggak usah basa-basi, lo mau ngasih gue hukuman apa?" balas Raga dengan santai.
Zein maju selangkah, dia mencengkram pundak Raga. "Gue ingetin lo sekali lagi, jauhin Naya atau—"
"Atau apa?" potong Raga yang mulai terpancing emosi.
"Atau gue bongkar masa lalu lo."
Raga tersenyum sinis. Disingkirkannya tangan Zein dengan kasar. "Segitu takutnya lo bersaing sama gue?" desis Raga.
"Lo nggak lebih dari seorang pengecut yang lari dari kesalahan dan mengalihkannya ke orang lain. Yang seharusnya mendekam di penjara itu lo! Bukan dia!" Setiap kata yang keluar dari bibir Zein terdengar penuh penekanan.
Sementara di depan lab biologi yang bersebrangan dengan gedung komputer, terlihat tiga orang gadis yang memperhatikan interaksi Raga dan Zein. Salah satu diantara gadis tersebut tersenyum penuh ketika melihat Naya di atas sana. Kemudian, Anna memerintahkan Fanny—salah satu sahabatnya—untuk menghampiri Naya.
Sementara Anna dan Yolla mendekati Zein dan Raga.
"Eh, Zein. Gue ganggu nggak?" tanyanya basa-basi.
"Kenapa?"
"Itu.. gue mau nanya hasil rapat kemarin gimana? sorry, kemarin gue ada urusan yang nggak bisa ditunda."
Anna memang salah satu anggota OSIS, maka dari itu dia punya topik yang bisa di jadikan alasan untuk berbincang dengan Zein.
Raga yang masih berada di sana memalingkan wajahnya ke atas. Berniat untuk mengusir rasa kantuk yang menyerang. Rasa kantuknya seketika menghilang ketika tatapannya beradu dengan manik nayanika. Gadis itu tersenyum hangat ke arahnya. Zein ikut melihat ke arah mata Raga memandang. Naya memutus tatapannya dengan Raga, kemudian beralih pada Zein yang saat itu tengah membuang muka ke arah lain. Kali ini, dengan sengaja Zein menanggapi Anna tidak seperti biasanya. Bermaksud membalaskan rasa kesalnya terhadap Naya.
"Ngapain lo?" tanya Naya saat Fanny mendekat ke arahnya. Tanpa Naya duga sebelumnya, dengan sengaja Fanny menjatuhkan pot bunga yang ada di belakang Naya. "Lo gila?!"
"Anna!" jerit Yolla seraya menunjuk ke atas.
Refleks Zein juga ikut melihat ke arah yang di tunjuk Yolla. Secepat mungkin Zein menarik Anna ke dekapannya. Karena kurang keseimbangan, keduanya terjatuh. Dan kaki Anna sedikit terkena pot yang jatuh.
Naya yang melihat kejadian itu dari atas terkejut bukan main. Dia mencari sosok Fanny namun gadis itu sudah pergi sewaktu Naya melihat ke bawah. Naya buru-buru turun menghampiri Zein.
"Zein lo nggak kenapa-napa?"
"Lo. Lo gila, Na!"
Naya tertegun ketika melihat reaksi Zein yang membentaknya. "Zein, sumpah demi apapun bukan gue yang jatohin pot bunga itu."
"Trus siapa lagi kalau bukan lo? Jelas-jelas cuma ada lo di sana." Tergambar jelas raut kekecewaan di wajah Zein. "Na, gue tahu lo benci sama Anna. Tapi nggak kayak gini. Sebenci apapun lo, bahayain nyawa orang itu bukan sebuah pembenaran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ragashka [END]
Genç KurguCinta memang rumit. Seperti benang kusut yang sulit di uraikan. Memilih atau dipilih, menerima atau diterima. Semuanya bergantung pada, bagaimana Tuhan memainkan skenarionya. Raga tidak pernah menyangka akan menjatuhkan hati pada gadis berisik seper...