Bantu follow akun authornya guys biar gak ketinggalan tiap update!
❄️❄️❄️
Selepas dari makam Ibu Naya, mereka memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar. Sekedar menikmati jajanan pinggiran sambil mengamati beberapa hal yang menurutnya menarik. Untungnya, selera Raga dan Naya tidak beda jauh. Jadi, hal sederhana yang Raga nikmati bersama gadisnya terasa bermakna.
"Makanan receh emang bikin nagih," celetuk Naya saat melahap telor gulung terakhirnya. "Aku mau beli itu dulu."
Naya menghampiri tukang cimol dan Raga mengikutinya. Padahal di tangan cowok itu sudah terdapat beberapa plastik yang isinya jajanan semua. Mulai dari makanan pedas, gurih, sampai yang manis.
"Segini banyak masih belum cukup, Na?" tanya Raga, menunjuk tangannya yang penuh dengan jajanan.
"Setan jajan dalam diri aku lagi butuh sajen peracian, Ga. Jadi harap di maklum ya.." Naya terkekeh saat melihat respon di wajah Raga. "Cimol di sini enak banget tau, nyesel deh kalo kamu nggak cobain."
"Iya deh iya, gimana yang punya kawasan aja."
"AWAS WOY! MINGGIR!"
Refleks Raga menarik Naya yang saat itu tengah berjalan sambil melahap cimol yang baru saja di belinya.
"ANJIR! CIMOL GUE TERBANG!"
Jeritan gadis itu bersamaan dengan jatuhnya seseorang yang menabrak tembok bangunan. Sementara Raga berhasil mengamankan sang pacar dari terjangan lelaki yang menggunakan skateboard.
"Sorry, sorry gue nggak senga—"
"JAY?!" Suara Raga dan Naya menyatu ketika menyebut nama orang tersebut.
"Naya, Raga. Kalian kok ada di sini?"
Naya memukul Jay kesal. "Lo kalo gak bisa main skateboard jangan sok-sok'an napa. Cimol gue berakhir mengenaskan kan jadinya!"
"Ya, ma'af, Na.. niatnya kan gue mau coba skill baru." sesalnya.
Sementara Raga tersenyum tipis mengambil skateboard milik Jay yang tergeletak. "Lo bahayain nyawa orang kalo nggak bisa tetep maksa bisa."
"Iya, iya sekali lagi gue minta maaf. Btw, kalian di sini ngapain?"
"Nyari Buto Ijo," sahut Naya sewot.
Bukannya takut Jay malah terkekeh. "Lo nggak berubah ya, Na. Masih aja suka ngegas."
"Emang gue power rangers bisa berubah?" sungutnya. "Gara-gara lo yang makan cimol gue aspal jalanan tuh!"
Naya masih cemberut melihat nasib cimolnya yang berceceran di jalan.
"Maaf atuh.. gue ganti dua kali lipat deh," bujuk Jay. Namun perhatian Naya sudah teralihkan.
Raga mencoba menggunakan skateboard tadi. Ternyata, tubuhnya masih seimbang saat melaju. Meski sudah bertahun-tahun tidak pernah menggunakan benda tersebut.
"Eh, Raga. Kamu bisa main skateboard?!"
Pria Antartika itu berhenti di depan gadisnya. "Dikit, itupun dulu."
"Lo masih sering ke skatepark, Ga?"
"Udah nggak. Terakhir waktu SMP kayaknya." Raga memberikan kantong plastik berisi jajanan pada Jay. Lalu beralih pada Naya. "Mau coba gak?"
Gadis itu mengangguk antusias. "Gimana caranya? Kalo nyungsep kayak Jay gimana? Ih gak mau ah, takut."
"Pegang tangan aku. Kalo belum bisa seimbang naik satu kaki dulu aja." Raga mengajari dengan hati-hati. Senyum di wajah pria Antartika itu ikut mengembang ketika melihat tawa sang pacar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ragashka [END]
Novela JuvenilCinta memang rumit. Seperti benang kusut yang sulit di uraikan. Memilih atau dipilih, menerima atau diterima. Semuanya bergantung pada, bagaimana Tuhan memainkan skenarionya. Raga tidak pernah menyangka akan menjatuhkan hati pada gadis berisik seper...