31. Pembunuh?

230 16 2
                                    

Happy Reading!!

Hari demi hari, minggu ke minggu, dan bulan ke bulan. Tak terasa sudah hampir dua bulan Raga dan Naya menjalani hubungan tanpa sepengetahuan Daffa. Dan, Zein yang semula menentang keras hubungan keduanya, perlahan mulai menerima keadaan. Meski pada kenyataannya Zein tidak benar-benar merelakan Naya jatuh ke pelukan seorang Ragaskha Mahdava.

Satu-satunya yang menjadi alasan mengapa Naya belum siap memberitahu Daffa adalah karena Kakaknya terlihat sangat membenci Raga. Terakhir kali Naya membicarakan Raga, Daffa membentak dan melarang keras dirinya untuk berhubungan dengan Raga. Lantas bagaimana Naya akan menjelaskan jika dirinya sudah menjalin kasih dengan Raga?

Untuk sesaat, Naya melupakan pemikirannya terhadap Daffa. Dia memilih menikmati indahnya jatuh cinta. Sampai membuatnya lupa bahwa serapat apapun dia menutupi bangkai baunya akan tercium juga.

"Besok aku jemput ya?"

Raga membuka helm yang di kenakan Naya. Merapihkan beberapa helai rambut gadisnya yang sedikit berantakan. "Soal Zein.. aku nggak minta kamu buat jahuin dia. Tapi, jangan deket sama Zein melebihi deketnya kamu sama aku, ya.."

"Iyaa pacar.." balas Naya seraya mengusap lengan Raga. "Hati-hati di jalannya pacar.. awas, hatinya jangan jalan-jalan."

"Apa lo bilang? Pacar?!"

Suara dingin penuh penekanan itu berhasil menghentikan detak jantung Naya beberapa saat. "Bang Daf-fa.."

"Sejak kapan?" Daffa berjalan mendekat ke arah Naya dan Raga. Tatapan lelaki itu begitu menusuk saat bertemu dengan mata Raga. Lalu beralih menatap kecewa pada adiknya. "Sejak kapan lo bohongin gue?"

"Bang gue bisa jelasin—"

"SEJAK KAPAN LO BERANI BOHONG SAMA GUE NAYANIKA?!"

Naya menggigit bibir bawahnya karena takut. Pandangannya tertunduk dan matanya mulai berkaca-kaca. "Ma-maaff.."

Sementara Raga turun dari motornya. Dia mencoba untuk menjelaskan. Namun, belum sempat Raga membuka suara, Daffa lebih dulu mengintimidasinya melalui kontak mata. Seolah berkata lo nggak berhak buka suara.

"Maaf lo nggak berlaku kalau masih bertahan sama manusia egois kayak dia!" Tunjuknya pada Raga.

"Bang Daffa!" bentak Naya tak terima. "Raga salah apa sama lo Bang? Kenapa lo larang hubungan gue sama Raga tapi nggak pernah ngasih alasan apapun?!"

Daffa mengusap wajahnya kasar, lalu menghirup oksigen sebanyak mungkin guna menetralisir emosinya. "Na.. nurut sama gue, putus dan jauhin dia."

"Kasih gue satu alasan kenapa gue harus mutusin cowok sebaik Raga?!"

"KARENA DIA PEMBUNUH DAN GUE NGGAK RELA LO BERHUBUNGAN SAMA PEMBUNUH!"

Deg!

Lagi dan lagi. Sebanyak apa rahasia yang Raga simpan darinya? Terbesit rasa kecewa ketika mengetahui suatu hal bukan dari orangnya langsung.

"Dia udah bunuh kakaknya sendiri dan lo masih bisa bilang dia orang baik?!" Daffa menggelengkan kepalanya tak percaya. "Buka mata lo Na! Lo dibutain cinta!"

Satu bulir jatuh di langit nayanika. Naya menggeleng kuat. Rasa kecewa dan tidak percaya bercampur menjadi satu. "Lo jangan ngarang cerita Bang! Raga nggak mungkin kayak gitu, lo pasti salah paham. Ga, ayo jelasin apa yang di bilang Abang gue itu nggak bener! Ayo Ga, bilang!"

"Lo lihat! Dia bahkan nggak berani ngomong sepatah kata pun, apa itu belum cukup membuktikan apa yang gue bilang itu bener?!"

Emosi Daffa sudah mencapai titik puncak ketika Naya sudah berani membentak dirinya. Sementara Raga, dia masih bungkam seribu bahasa. Melihat wajah Raga membuat Daffa semakin merasa muak.

Ragashka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang