Selamat membaca!
Budayakan vote ya guys!:)))
Kan ku nikmati cintaku mengejar cinta yang lain. Jika kau lelah, berbalik lah. Ada aku yang akan menyambut kalahmu.
—Camella Yovanka
Play song->Dewa19—Pupus
Saat Raga menghentikan motornya di depan rumah, Bi Siti sudah ada di sana. Sepertinya wanita paruh baya itu memang menunggu kepulangannya. Raga turun dari motornya setelah membuka helm, lalu menyalami Bi Siti.
"Nunggu anak ganteng pulang, ya, Bi?" Sikap lelaki itu memang kadang tak terduga. Dia bisa sedingin laut Antartika, tapi juga bisa sehangat musim panas ketika bersama orang tertentu.
"Apa mau jjs'an dulu, Bi? Kasian muka cantik Bibi gak terekspos."
Bi Siti terkekeh malu sambil memukul pelan tangan Raga. "Den Raga bohongnya jelek banget. Masa Bibi dasteran gini di bilang cantik."
"Idih, maksud Raga tuh hatinya yang cantik." Raga ikut terkekeh, sedetik kemudian wajah Bi Siti berubah masam. "Bercanda, Bi."
Bi Siti menarik tangan Raga untuk mengikutinya ke samping rumah. Menyuruh Raga untuk masuk lewat pintu belakang. "Tuan David dari semalam nunggu Den Raga pulang. Bibi nggak mau Aden di pukulin lagi. Lewat pintu belakang aja ya? Jangan bersuara biar nggak ketauan."
Raga melepaskan tangan Bi Siti yang menahannya. Raga tahu Bi Siti khawatir, tapi ia tidak ingin menghindar. Sebab, Raga paham betul bagaimana watak ayahnya. "Baik sekarang, besok, atau nanti, Papa bakal tetap marah sama Raga, Bi. Makasih udah khawatirin Raga, tapi Raga nggak mau lari dari masalah. Jadi, Bi siti nggak perlu khawatir, oke?"
Bi Siti mengembuskan nafas pasrah. "Ya sudah. Tapi nanti langsung obatin ya lukanya? Soalnya Bibi brangkat subuh nanti."
"Iyaaa.. Bi Siti jadi pulang kampung?"
"Jadi, Den. Cucu Bibi mau di sunat soalnya."
"Oohh, yaudah nanti hati-hati ya. Raga masuk dulu."
Bi Siti tersenyum hangat melihat Raga kembali menuju pintu depan.
David seperti sudah menduga sebelumnya, ketika Raga membuka pintu, detik itu juga sebuah tongkat baseball mendarat tepat di ujung kakinya. David menghunuskan tatapan tajam. Kaki panjangnya menelan langkah tergesa.
Dengan cepat Raga menangkis kepalan tangan David sebelum bogeman itu menyentuh wajahnya.
"Tolong jangan pukul di bagian wajah. Silahkan pukul di bagian yang bisa Raga tutupi."
Jika sebelumnya Raga tidak peduli akan mendapatkan luka di bagian manapun, berbeda dengan sekarang. Ada perasaan yang harus dia jaga. Raga tidak ingin Naya melihatnya kembali terluka. Terlepas siapa yang memberikan luka tersebut, Raga hanya tidak ingin gadisnya khawatir.
David menendang Raga sampai lelaki itu terjatuh mundur keluar rumah. Bi Siti yang masih ada di luar hanya bisa mematung. Matanya berkaca-kaca tiap kali melihat Raga tersiksa. Sebagai pembantu yang tak punya kuasa, ia hanya meratapi kemalangan anak majikannya itu.
"MASUK!" perintah David mutlak.
Sampai di dalam David kembali meluapkan amarahnya. "ANAK GAK BERGUNA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ragashka [END]
Teen FictionCinta memang rumit. Seperti benang kusut yang sulit di uraikan. Memilih atau dipilih, menerima atau diterima. Semuanya bergantung pada, bagaimana Tuhan memainkan skenarionya. Raga tidak pernah menyangka akan menjatuhkan hati pada gadis berisik seper...