26. Resmi

284 23 1
                                    

Selamat membaca!!
--
Vote ya!
--
--

Hamparan abu-abu di langit membuat hari terasa lebih teduh. Biasanya, mendung tak datang sendirian. Akan ada bulir hujan mengiringinya. Namun, sepertinya, kali ini gerimis akan datang lebih lambat. Mengingat dua insan yang duduk diantara bangku taman terlihat berseri-seri.

Raga memberhentikan motornya di sebuah taman. Di sana ada banyak anak kecil berlalu lalang, seolah tidak takut hujan akan turun tiba-tiba. Gerombolan anak kecil itu berlari ke sana ke mari seraya bermain gelembung sabun.

"Mereka lucu banget ya, Ga. apalagi itu tuh yang pipinya kayak bakpau," ujar Naya seraya memperhatikan anak-anak tadi.

"Lucuan lo."

Raga mengusap lenganya karena di pukul oleh Naya. "Cewek emang gitu, ya? Ringan banget tangannya," keluh Raga mengingat kebiasaan Naya yang secara refleks memukul.

"Cowok emang gitu, ya? Ringan banget mulutnya buat ngegombal," balas Naya ikut menyindir.

"Siapa yang gombal, Nayanikaa..?"

"Lo, lah. Sengaja ya dari pagi niat banget bikin orang salting?"

Kali ini Raga tertawa geli. "Beneran salting? Bagus deh gue jadi nggak perlu takut cinta sendirian."

Meski ucapan Raga pelan, tapi Naya masih bisa mendengarnya dengan jelas. "Ma-maksudnya?"

Raga menatap Naya penuh makna. "Gue nggak lagi ngerjain lo, nggak lagi gombal juga.. lagu tadi emang gue pilih khusus buat lo, sebagai bentuk perasaan gue ketika kita dipertemukan kembali.."

Seperti terhipnotis tatapan teduh lelaki di depannya, Naya tak mampu mengucap sepatah katapun. Bibirnya terkatup rapat dengan degup jantung yang kian membuncah.

"Lo nggak keberatan kan kalau gue, mau kita lebih dari sekedar teman."

Tutur kata pria Antarktika itu terdengar bergetar. Mungkin, Raga sama gugupnya seperti Naya. Naya terhanyut oleh kata-kata lembut Raga. Sampai tanpa dia sadari tubuhnya bergerak sendiri memberikan anggukan.

Senyum lelaki dihadapannya semakin mengembang sempurna. Diselipkannya anak rambut Naya yang tersapu angin sore. "Berarti, mulai sekarang, kita pacaran, ya?" bisik Raga tepat di telinga Naya.

Seketika Naya tersadar, dia memalingkan wajahnya ke samping. Menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Padahal angin sore yang membawa hujan itu biasanya dingin, tapi wajah gadis itu kini terasa panas.

"Ih, main pacar-pacaran aja, emang lo udah nyatain perasaan ke gue? Nembak aja belum!" protes Naya saat kesadarannya telah kembali.

"Emang barusan bukan? Kan tadi gue udah nyatain perasaan gue sama lo."

"Kayak gitu?"

Raga membuang nafas panjang, pandangannya dia edarkan ke sekeliling. Untung kali ini otaknya tidak sedang loading. Jadi ide randomnya muncul tanpa perlu berfikir keras.

Raga menghentikan tukang ice cream yang kebetulan lewat di depan mereka. "Pak saya mau ice creamnya dua. Satu rasa strawberry satu lagi rasa cokelat. Saya borong semua ya ice creamnya," kata Raga setelah menerima ice cream pesanannya. Kemudian dia memanggil anak-anak tadi untuk berkumpul bersamanya.

"Kalian mau ice cream gratis nggak?" tanya Raga pada anak-anak tersebut.

"Maauuuuu..." jawaban serentak itu membuat Raga dan juga penjual es krim tadi tersenyum. Sementara Naya, dia masih menerka-nerka apa yang sebenarnya akan dilakukan oleh pria tak terduga itu.

Ragashka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang