Selamat bermalam Minggu💕
Happy Reading..
❄️❄️❄️
Bangunan sederhana yang tak jauh dari jalan raya itu masih terlihat kokoh. Balutan cat hitam putih memberi kesan aestetic tersendiri diantara deretan pertokoan. Tiga orang remaja laki-laki yang berada di dalamnya tampak sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Laki-laki berkulit putih itu masih fokus dengan lensa kamera di tangannya. Sesekali ia beralih ke layar laptop yang ada di depan. Memperhatikan setiap detail dari hasil tangkapan kamera kesayangannya.
Dia Raga. Ragashka Mahdava Aldert, lelaki berusia tujuh belas tahun yang mendapat julukan Antarktika dari Athan. Bukan tanpa alasan sahabatnya itu menyebut Raga demikian. Kalian bisa menilainya sendiri nanti. Perhatian lelaki itu habis hanya untuk dua hal. Tania-Mamanya- dan kamera.
"Elus teroooss, sampe tuh kamera bisa ngomong, trus minta dinikahin," sindir Athan yang sedang menonton kartun kesukaannya. Doraemon.
Athan Frey Bhadrika, sahabat terlama yang pernah Raga punya. Meski Athan ini termasuk orang yang tidak sabaran, tapi entah mengapa dia bisa tetap tahan bersahabat dengan Raga yang selalu membuat emosinya tersulut. Keduanya di pertemukan sewaktu SD, dan sampai sekarang mereka selalu bersekolah di tempat yang sama.
"Lo sindir sampe bibir lo monyong juga percumah," sahut lelaki yang masih asik dengan ponselnya. Membalas beberapa chat dari wanita yang ia sebut TTM alias teman tapi mesra.
Bagaska Raditya, buaya kelas kakap di sekolah Gema Bhakti. Rencana hiatusnya dari pencarian cinta sejati gagal total ketika dirinya di putuskan oleh mantan terakhirnya. Dan sekarang ia kembali berpacaran dengan Sabilla. Cewek yang kelakuannya sebelas dua belas dengan Bagas.
"Ga, serius deh dari sekian banyaknya cewek yang lo temuin nggak ada satupun gitu yang nyantol?" tanya Athan serius.
Raga mengedikkan bahunya sebelum menggeleng. "Nothing. Gue rasa semua cewek sama, except my Mom."
"Crazy.. mata lo emang rabun sebelum waktunya, Ga," seloroh Athan dengan nada tak percaya.
Bagas yang semula celentang di sofa pun bangkit duduk. "Ga, gue kasih tau nih. Cewek tuh banyak variasinya men. Ada yang wajahnya cantik mulus kayak tahu, atau geradakan kayak tempe. Ada yang body goals kayak gitar spanyol atau lempeng aja kayak stik drum. Tinggal lo pilih mau yang mana?" jelas Bagas dengan gerakan tangan Yang seolah menggambarkan imajinasinya.
Raga melongo mendengar penjelasan Bagas. Ia tidak habis pikir bisa-bisanya berteman dengan manusia macam Bagas. Raga kini mengerti kenapa deretan mantan Bagas minim akhlak semua.
"Analogi lo gila. Bisa-bisanya Billa mau sama lo."
Sementara Athan sontak tertawa sampai memegangi perutnya, lalu melemparkan bantal yang ia pakai ke arah Bagas. "Heh, anak curut! Jangan samain Raga sama lo bege! Emangnya dia lo, di kasih gitar Spanyol langsung terangsang!"
"Itu namanya normal, temen lo aja yang nggak punya hasrat!" balas Bagas tak mau kalah.
"Jangan racunin otak Raga yang masih suci, Gas."
Sementara Raga hanya geleng kepala mendengar ocehan Athan dan Bagas. Ini bukan pertama kalinya mereka mengolok-olok Raga perihal wanita. Namun, Raga tak pernah mau ambil pusing dan hanya menganggap omongan mereka sekedar angin lalu.
"Heh, mau kemana woy?" tanya Athan ketika melihat raga mengambil kunci mobil dan berjalan keluar.
"Entar malem gue balik ke apartemen lo ya Anak Setan," balas Raga dengan jawaban yang tidak nyambung. Athan yang sudah biasa melihat tingkah Raga hanya menghela nafas kasar lalu kembali ke tontonannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ragashka [END]
Novela JuvenilCinta memang rumit. Seperti benang kusut yang sulit di uraikan. Memilih atau dipilih, menerima atau diterima. Semuanya bergantung pada, bagaimana Tuhan memainkan skenarionya. Raga tidak pernah menyangka akan menjatuhkan hati pada gadis berisik seper...