Wajib vote ya! Hehe..
Happy Reading!!
---
Cita gak punya mata tapi bisa buta. Cinta gak punya otak tapi bisa menggila.
Kenapa?
Karena segala sesuatu harus sesuai porsinya. Jika tidak, akan berujung malapetaka.
Zein mengerang dari bawah selimut. Suara alarm memenuhi telinganya. Menambah rasa berat di kepala. Dalam hati Zein menyumpahi siapapun yang memasang alarm di hari minggu begini. Dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya ia meraih weker yang ada di meja samping tempat tidur.
Setelah mematikan alarm Zein kembali tidur. Sedetik kemudian bayangan aneh melintas di otaknya. Dalam sepersekian detik lelaki itu bangkit. Ia memegangi kepalanya yang terasa pening, lalu melihat sebuah sticky notes menempel di wekkernya.
Tante Erina pulang jam 10 jangan sampe dia tau semalem lo mabuk!
-NanaSontak Zein mengendus nafasnya sendiri yang bau aroma alkohol. "Mampus! Udah gila gue. Berarti yang semalem bukan mimpi?"
"Aaarrggghhh!!!"
Setelah membersihkan diri Zein buru-buru pergi ke rumah Naya. Sampai di depan pintu gerbang, Zein mencoba mengingat dengan jelas siapa yang dirinya aja bicara saat mabuk. Naya atau orang lain? Karena merasa ragu Zein hendak kembali ke rumah.
"Zein?"
Sial. Tante Diana malah memanggilnya. Terpaksa Zein kembali berbalik menghampiri Naya dan Diana.
"Tante boleh minta tolong nggak?"
"Apa, Tan?"
"Tolong anterin Nana ke kantornya Daffa. Ada berkas dia yang ketinggalan waktu kemarin mampir ke sini."
"O-oh, oke, Tan." jawab Zein sedikit ragu. "Zein ambil motor dulu, bentar." Setelah itu Zein kembali ke rumahnya untuk mengambil motor kesayangannya.
Hari ini Naya banyak diam, dan itu mengusik hati kecil Zein. Dia yakin semalam dirinya telah melakukan kesalahan yang fatal. "Na, semalem-"
"Sejak kapan lo berani coba miras?" potong Naya balik bertanya.
"Baru semalem. Ma'af, lo pasti kecewa ya sama gue?"
"Hmm, gue emang kecewa. Tapi gue sadar ada yang jauh lebih kecewa dari gue."
Zein terdiam, dia berusaha mencerna tiap kata yang Naya ucapkan barusan.
"Seharusnya gue yang minta ma'af sama lo." Sontak Zein melirik Naya lewat kaca spion. "Semalem lo kayak gitu karena gue, kan?"
"Na-"
"Zein," potong Naya sebelum Zein menyela perkataannya. "Gue juga sayang sama lo, tapi sebatas sahabat. Ma'af, karena selama ini gue nggak peka sama kebaikan lo. Hati gue sekarang udah terisi penuh oleh Raga."
"Iya, gue tau." Dari balik helm full facenya Zein tersenyum samar. "Gue juga nggak berniat buat rusak hubungan kalian, kok. Anggap aja semalem gue lagi gila karena ditolak sebelum nembak."
Zein terkekeh kemudian menghela nafas panjang. "Nyesel gue nggak ngejar lo dari dulu. Mungkin gue nggak akan ngerasain patah hati untuk kedua kali."
"Kalo nggak gitu hidup lo kemanisan. Mungkin Tuhan mau ngasih lo sedikit rasa pait dalam kehidupan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ragashka [END]
Ficção AdolescenteCinta memang rumit. Seperti benang kusut yang sulit di uraikan. Memilih atau dipilih, menerima atau diterima. Semuanya bergantung pada, bagaimana Tuhan memainkan skenarionya. Raga tidak pernah menyangka akan menjatuhkan hati pada gadis berisik seper...