Mampir di sini jangan pelit bintang yaa..
--
Gamau banyak ngomong.
Intinya Selamat membaca!!
----
Jika kepercayaan bisa di dapat dengan kejujuran, maka bisakah kelamnya masa silam menerima ketulusan?
❄️❄️❄️
Dalam hubungan, kepercayaan dan kejujuran itu satu paket. Jika kehilangan salah satunya, maka kamu telah kehilangan pondasinya.
Seperti halnya Raga yang ingin mendapat sebuah ketulusan. Akankah kejujurannya kali ini mendapat penerimaan, atau malah akan di hadiahi kehilangan? Raga masih setia menunggu Naya di parkiran. Tak berselang lama, gadis itu muncul dengan senyum mentari menghiasi wajah cantiknya.
"Lama, ya?" Raga menggeleng seraya memakaikan helm di kelapa Naya. "Tadi debat dulu sama Zein, makanya agak lama," jelasnya tanpa di tanya.
"Kenapa sama Zein?" tanya Raga ketika motornya perlahan keluar dari gerbang sekolah.
"Biasa.. dia masih bahas yang kemarin." Naya sejenak menjeda pertanyaannya. "Kalau boleh tahu, aku penasaran kamu yang dulu tuh kayak gimana?"
"Buruk."
Jawaban singkat Raga membuat Naya merasa tidak enak. Pada akhirnya Naya kembali diam.
"Waktu SMP, aku itu berandal banget. Sering tawuran, ribut sana sini, bahkan aku juga pernah nyicipin yang namanya miras," ujar Raga memulai ceritanya.
"Dulu, aku yang megang seluruh kawasan sekolah. Siapapun siswa yang yang punya masalah atau ingin membalaskan dendam dengan cara tawuran pasti datangnya ke aku dulu buat minta izin. Bahkan ada beberapa siswa yang melakukan transaksi obat terlarang. Karena dulu aku nggak pernah peduli sama apapun mereka yang izin aku biarin dengan satu syarat. Transaksi harus dilakukan di luar area sekolah."
Raga menghentikan laju motornya di sebuah bengkel. Lagi-lagi, Raga membuat Naya tercengang. Kekasihnya itu melakukan salam ala laki dengan seseorang yang tidak pernah Naya sangka akan bertemu di sini.
"Jay?"
Jayden mendekat dan tersenyum ke arah Naya. "Udah lama ya, Na. Gimana kabar lo? Masuk, Ga, Na." Jay mengajak kedua remaja itu masuk ke dalam. Rumah sederhana di balik bengkelnya.
"Ba-baik. Lo kemana aja Jay? Nggak kangen sama gue sama Zein?" balas Naya. Sudah lama sekali mereka tidak berjumpa. Jay menghilang bagai di telan bumi tepat setelah orang tua mereka mencoret Jay dari daftar keluarga.
Jay hanya tersenyum lalu beralih pada Raga. "Jadi dia seseorang yang lo maksud?"
Raga mengangguk sebagai jawaban. "Lo tahu dia sahabatan sama Zein kan? Dan lo tahu Zein benci sama gue karena kesalahpahaman kita dulu. Kalau gue yang jelasin ke dia, kemungkinan percayanya itu atas dasar paksaan atau rasa kasihan. Bukan murni percaya dari hati. Beda lagi kalau lo yang jelasin langsung sama dia."
Jay mengangguk paham. Dari dulu sampai sekarang lelaki itu tidak pernah berubah. Dia tidak akan banyak bicara untuk memberikan penjelasan pada siapapun tanpa adanya bukti yang kuat. Mungkin itulah salah satu sifat Raga yang Jay kagumi.
Raga keluar sebentar untuk membeli minum. Meninggalkan Jay dan Naya sekaligus memberi waktu untuk mereka berdua.
"Gimana kabar Zein?" tanya Jay membuka pembicaraan.
"Baik, tapi akhir-akhir ini dia agak sensi. Salah gue sih karena gue nggak tahu kalau Zein sama Raga punya kesalahpahaman tentang lo. Dan seperti yang lo lihat gue malah deket sama Raga. Jelas itu menyulut emosi Zein."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ragashka [END]
Teen FictionCinta memang rumit. Seperti benang kusut yang sulit di uraikan. Memilih atau dipilih, menerima atau diterima. Semuanya bergantung pada, bagaimana Tuhan memainkan skenarionya. Raga tidak pernah menyangka akan menjatuhkan hati pada gadis berisik seper...