20. My Savior

268 19 0
                                    

Double up ya, guys!
--
Selamat membaca!

--


"Ayok ketemu lagi, sampai nanti!" Adalah kalimat keramat yang membuatku bertahan sampai detik ini."

Ragashka Mahdava A.



❄️❄️❄️



"Raga?" Yang dipanggil menoleh. "Mau cerita? Kata Mama, kalo apa yang mau kita ceritain terlalu pahit, coba cerita sambil makan permen kapas. Agar rasa pahit kenyataan bisa sedikit terkontaminasi rasa manis dari permen kapas yang kita telan," ujar Naya seraya membuka bungkus permen kapas sisa tadi.

Lelaki yang duduk di bangku taman itu menarik sedikit sudut bibirnya. "Jadi ceritanya lo lagi mancing gue buat cerita?"

"Emang lo ikan?" balas Naya ikut tersenyum. "Gue cuma berusaha jadi pendengar yang baik. Karena gue paham nggak semua orang punya tempat cerita yang benar-benar mereka percaya."

"Thanks."

"Untuk?"

"Rasa care lo." Lelaki itu menyomot permen kapas di tangan Naya. "Udah tiga tahun Mama gue tinggal di sini. Rega itu Kakak gue yang udah meninggal. Anak kesayangan sekaligus kebanggaan Mama, Papa."

Raga menceritakan itu dengan wajah datar. Tapi entah kenapa, di telinga Naya terdengar menyakitkan.

"Mungkin, suatu saat gue bakal butuh lo sebagai pendengar. Tapi nggak sekarang, nggak apa-apa, kan?"

"Kapanpun lo butuh, gue siap jadi pendengar buat lo, Ga."

"Makasih, Nayanika.."

"Lagi? Untuk?" Naya mengangkat sebelah alisnya. "Lo aneh."

"Udah buat gue bertahan sampai sejauh ini," sahut Raga dengan suara pelan.

"Hah? Tunggu, tunggu." Naya mencoba mengingat hal-hal aneh yang sering Raga katakan. Seolah mereka sudah pernah bertemu sebelumnya. " Lo sering ngomong aneh yang nggak gue paham. Seolah-olah lo udah kenal lama, padahal gue tau lo baru beberapa minggu ke belakang."

Raga tak lantas menjawab. Dia menoleh sekilas ke samping. Melihat manik nayanika yang masih sama menariknya. Kemudian kembali menatap lurus ke depan.

Karena tak mendapat jawaban apapun, Naya ikut menatap lurus ke depan. Menyandarkan punggungnya di kursi.

"Ga, lo masih inget nggak waktu pertama kali kita ketemu?"

"Masih."

Masih inget banget Na..

"First impression gue waktu kita pertama kali ketemu lo tuh cuma dua kata."

"Apa?"

"Misterius, menarik."

Gadis itu tersenyum geli ketika mengingat kejadian di rumah sakit waktu itu. Bahkan dia mengingat jelas bagaimana dia mengeluarkan kata keren di depan Zein sampai lelaki itu mencibirnya.

"Tapi.. waktu gue minta lo wawancara, sumpah ya, gue nggak pernah nyangka kalian orang yang sama. Waktu itu gue sempet mikir, lo ini manusia macam apa? ternyata lo lebih mirip patung Pancoran ketibang manusia, tau nggak?"

Raga tertawa mendengar kalimat lanjutan Naya. "Gue udah kayak ngomong sama patung berjalan tau, nyerocos sendiri."

Raga mencubit permen kapas di genggaman Naya. "Itu pertemuan kedua, bukan yang pertama."

Ragashka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang