40. Cinta Bukan Untung-Rugi!

205 16 12
                                    

Sebelum baca wajib follow ya!!
Vote juga ya guys.. yuk jangan jadi readers goib😌
Happy Reading..


Cinta bukan tentang untung rugi. Tapi tentang hati yang tak sepatutnya di bagi.


❄️❄️❄️


Tidak salah Athan menyebut Raga atlet panjat pagar. Sebab kini, lelaki itu berhasil sampai di balkon kamar Naya tanpa bantuan tangga. Mungkin, jika ada tetangga yang melihatnya sekarang, mereka akan mengira dirinya maling.

Raga harus bicara dengan gadisnya. Jika tidak, ia akan menggila karena kejadian tadi. Mungkin, detik ini pula Raga sudah gila karena menyusup ke kamar Naya di jam 12 malam.

Satu ketukan.

Raga mengurungkan ketukan keduanya di kaca jendela saat samar-samar mendengar isak tangis. Dugaannya benar, gadisnya tengah menangis sendirian, inilah alasan Raga berada di sini. Lelaki itu kemudian duduk bersandar di dekat jendela.

"Nayanika.. lo masih jadi pemenangnya. Nggak peduli berapa kali lo di paksa kalah, lo tetap menang di hidup gue, Na.."

"Cukup kali ini, gue izinin lo nangis. Tapi nggak lebih dari lima menit." Raga berkata pelan, entah Naya akan mendengarnya atau tidak, ia hanya ingin mengatakan itu.

Sebetulnya Naya sudah menyadari kehadiran Raga sejak lelaki itu berdiri di depan kaca jendela. Naya juga mendengar apa yang Raga katakan. Hanya saja, Naya tidak ingin Raga melihat dirinya yang sedang menyedihkan.

Beberapa saat berlalu, Naya kemudian bicara, "Masuk. Jendelanya nggak di kunci."

Dengan segera Raga masuk melalui jendela yang Naya maksud. Dia langsung menghampiri Naya dan memeluknya erat. "Aku nolak perjodohan gila itu. Demi Tuhan, aku nggak pernah tau tentang rencana perjodohan yang Papa dan Ayah kamu bilang tadi," jujurnya tanpa ditanya.

"Tapi aku nggak bisa bantu kamu dan Papa kamu, Ga.. kamu denger sendiri kan, tadi ayah aku bilang apa?" Naya melepaskan pelukan Raga sepihak.

Raga memegang kedua pundak Naya. "Aku cuma butuh kamu selalu ada di samping aku. Jadi support system' buat aku. Masalah Papa sama perusahaan itu tanggung jawab aku." Raga berkata dengan wajah serius. Berusaha untuk membuang keraguan dan ketakutan Naya. "Percaya sama aku, oke?"

Naya hanya mampu merespon dengan anggukan kepala. Raga mengusap puncak kepala Naya dengan lembut. Kemudian dia teringat dengan ucapan Pradana yang jelas menyakiti gadisnya.

"Omongan Ayah kamu tad—"

"Aku udah biasa." potong Naya, seperti sudah tahu apa yang akan Raga katakan. "Toh aku emang bukan bagian dari keluarga Lowsen, kan?"

"Tapi Om Pradana udah keterlaluan."

"Perubahan yang paling mengerikan itu pola pikir manusia, bukan? Mudah membuang dan melupakan. Tanpa mereka sadari perubahannya berhasil melukis luka batin yang sulit terobati."

"Tapi, aku bahagia liat Ayah sehat. Rindu lima tahunku juga sudah terobati meski dibalas luka hati."

Demi Tuhan, Raga benci senyum yang Naya tampilkan saat ini. Raga kembali menarik Naya ke rengkuhannya. Menyandarkan gadis itu di dada bidangnya. "Nangis nggak dosa kok. Jadi jangan ditahan."

Menangis lah. Menangis sampai kamu tidak punya alasan lagi untuk kembali menitikkan air mata.


❄️❄️❄️

Ragashka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang