Hai guys!
Monmaap karena baru bisa up lagi😌
Btw, gimana puasa kalian, lancar?
--
Selamat menunaikan ibadah puasa ya bagi kalian yang menjalankan😊
--
Yok semangat!--
Selamat membaca..
❄️❄️❄️
"Raga?"
Raga menoleh dan mendapati Naya yang tengah berlari kecil ke arahnya. "Kenapa?"
Begitu sampai di hadapan pria bermuka datar itu Naya melampiaskan kekesalannya. Dia memukul lengan Raga. "Kenapa, kenapa! Kemarin lo ke mana? Katanya mau belajar bareng, gue tungguin juga pulang sekolah. Eh, lo nya ngilang. Bu Reisa nanyain mulu nih progresnya udah sampe mana," gerutunya dengan wajah ditekuk.
"Satu-satu nanyanya."
"Ya udah tinggal jawab."
"Sorry, kemarin gue ada urusan mendadak."
"Emang lo hidup dizaman purba? Gunanya hp buat apa? Gue sampe lumutan nungguin lo," balas Naya dengan wajah cemberut.
Raga menggaruk belakang kepalanya meski tak gatal. "Hee.. gue jarang gunain hp, jadi lupa. Nunggu sampe jam berapa?"
"Emang dasarnya aja lo nggak niat." Naya tampak berpikir. "Sampe magrib!"
Raga terkekeh dan tanpa sadar tangan kekarnya bergerak menyentuh puncak kepala gadis itu. "Gue ke sini jam lima lo udah nggak ada tuh."
Langkah Naya terhenti, membuat Raga ikut berhenti. "IH LO NYEBELIN BANGET SIH, RAGA!"
Lelaki itu mengusap-usap telinga lantaran Naya berteriak tepat di kupingnya. "Bo'ongnya kurang pinter. Jai pulang sama siapa kemarin?" tanya Raga lagi.
"Zein."
Lelaki berhoodie hitam itu berdiri di depan Naya. "Udah jangan cemberut mulu. Sekarang lo jadi guru gue. Ayok ajarin gue!"
"E-ehhh.. tunggu, tunggu." Naya menahan cekalan Raga di pergelangan tangannya.
"Kenapa lagi?"
"Nggak bisa sekarang. Mama nyuruh gue ke toko."
"Ya udah gue anterin sekalian," sahut Raga santai.
"Hah? Yakin? Kalo lama gimana?"
Raga kembali menarik Naya untuk mengikutinya. "Iya. Jangan kelamaan mikir keburu sore."
Keduanya beriringan ke tempat parkir. Sesekali Raga memperlambat langkahnya untuk menyamakan langkah pendek gadis itu. Sementara Naya yang anaknya memang super aktif hampir saja tersungkur karena kakinya yang tersandung. Beruntung Raga dengan cekatan menahannya agar tak sampai berakhir mengenaskan di aspal parkiran.
"Makanya kalo jalan tuh pake mata, bukan anak TK lagi kan?"
"Di mana-mana tuh jalan pake kaki, Ga. Ih lo yang otaknya masih TK. Masa jalan pake mata, jatoh dong mata gue," balas Naya
"Maksudnya matanya dipake buat lihat jalan, Nayaaa.." Raga memberikan helm ketika sampai di motornya. "Nih pake."
"Iya iya, tadi gue keasikan lihat langit. Bagus banget soalnya," sahutnya seraya menerima helm dari Raga.
"Naik, Na," titahnya.
Melihat Raga yang sudah berada di atas motor tanpa helm membuat Naya kembali bertanya, "Helmnya cuma satu?"
Raga mengangguk seraya menstater motornya. "Ya udah lo aja yang pake helm, kan lo yang nyetir." Naya mengembalikan helm tersebut.
"Lo pernah denger nggak kalo kecelakaan motor kemungkinan besar yang meninggal atau cidera parah itu biasanya penumpang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ragashka [END]
Teen FictionCinta memang rumit. Seperti benang kusut yang sulit di uraikan. Memilih atau dipilih, menerima atau diterima. Semuanya bergantung pada, bagaimana Tuhan memainkan skenarionya. Raga tidak pernah menyangka akan menjatuhkan hati pada gadis berisik seper...