Bab 6 : Asam, Ikan dan Belanga

1.8K 204 54
                                    

Mana niih yang kangen sama Oya Rili, masih pada bangun ngga? 👀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mana niih yang kangen sama Oya Rili, masih pada bangun ngga? 👀

Ramaikan yaa vote komennya, biar aku semangat cicil nulis bab selanjutnya 😁.

⚡️⚡️⚡️

Permainan di pos rollercoaster, membutuhkan kecermatan para peserta. Beberapa potongan kata dipasang di sudut-sudut liku wahan pemicu adrenaline tersebut. Kata-kata yang dipenggal merupakan potongan kata dari salah satu kalimat peribahasa. Di akhir permainan, setiap pasangan akan menyampaikan kepada petugas, peribahasa apa yang menjadi teka teki di pos tersebut. Nilai seratus poin akan di berikan pada pasangan yang menjawab dengan benar.

Thora mengenggam tangan Rili, menuntunnya masuk ke badan kereta roller coaster. Jantungnya berdebar-debar, kapan terakhir kali ia naik rollercoaster?. Mungkin saat masa-masa akhir kuliah?. Tentu dengan para kakak-kakaknya yang tak memiliki rasa takut sedikitpun!.

Di masa sekolahnya, setiap kali libur kenaikan kelas atau libur semester, Thora selalu dipaksa menemani kedua kakak kembarnya untuk berburu rollercoaster. Bisa di bilang hampir seluruh rollercoaster mengerikan di dunia sudah pernah ia coba—terpaksa. Sebut saja Formula Rossa-Dubai yang merupakan rollercoaster tercepat di dunia, Kingda Ka-Amerika rollercoaster tertinggi, Gatekeeper-Amerika, Steel Dragon-Jepang, dan lain sebagainya.

Kedua kakaknya baru berhenti memaksanya setelah terakhir kali Thora turun dari wahana The Smiler-Inggris dengan sakit kepala hebat disertai muntah-muntah. Hari itu, Thora berakhir menginap di rumah sakit, satu malam.

Lelaki itu bermata monolid itu bergedik ngeri ketika perangkat sabuk pengaman di turunkan, menghimpit dadanya rapat. Sejak mengantri tadi, Thora memperhatikan lajur rollercoaster yang ia rasa tidak semengerikan wahana yang terakhir kali ia naiki. Namun, kini bukan hanya jalurnya yang menghantui rasa cemas Thora, namun juga keamanannya. Apakah aman?. Bagaimana jika macet di tengah lajur?. Mungkinkah kereta lepas dari relnya?. Jika itu terjadi dan Thora mati, akan ia hantui Kya seumur hidup sepupu kecilnya itu!.

"Takut?" Rili bertanya, tanpa menoleh sedikitpun ke arahnya.

Thora memajukan tubuhnya sedikit, melongokan kepalanya ke arah kiri, "Siapa? Aku?" Mereka sepakat untuk mengganti subjek panggilan dengan aku-kamu, membiasakan diri jika nanti berakting di depan keluarganya.

Tentu, tak mudah membujuk Rili untuk sepakat. Ia baru setuju setelah Thora menjelaskan bahwa Kya, bisa menjadi orang pertama yang curiga jika Rili tetap bersikeras tak ingin mengganti subjek panggilan mereka.

"Mm.. siapa lagi?. Tangan besar ini, sampai berkeringat seperti ini.." Tatapnya pada kedua tangan mereka yang bertaut.

"Ngga dong.. Masa takut?. Tangan kamu mungkin yang basah? Takut ya?. Kalau mau teriak boleh lho. Sayang banget ngga bisa meluk, lindungin kamu.." Thora menggoda, berusaha meredakan rasa takutnya sendiri. Trauma sekali ia dengan roller coaster. Kenapa juga kedua kakinya melangkah ke arah pos ini?!. Dasar kaki tidak tahu diri!, umpatnya kesal. Ingin berbalik, namun gengsi dengan Rili yang nampak berani!.

Chained by Ferris Wheel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang