"Siswa SMA mabuk yang menabrak motor Ayah kamu dan lolos dari penjara.. dia orangnya, Ri."
Nafas Rili berhenti saat itu juga. Kepalanya terasa kosong, mengambang. Jantungnya tak lagi berdetak dalam hitungan detik yang panjang. "A-a-apa kamu bilang, Mas?" Rili pasti salah dengar, kan?
"Anak pejabat kota sebelah, yang seharusnya bertanggung jawab atas meninggalnya Ayah kamu, Ri. Abiyasa Pramana." Ulang Ibnu lagi.
Kata-kata itu bagai belati yang menusuk tepat di jantungnya, mengoyak segala isi di dadanya dengan hebat. "MAS IBNU BOHONG!!" Teriak Rili tanpa bisa dia tahan. Tidak. Abiyasa tidak mungkin sekeji itu, kan? Bukan dia pelakunya, kan?
"Mas Ibnu enggak bohong, Ri! Dulu, di awal pacaran Mba Rayya cerita beberapa kali bahwa ada laki-laki yang dia rasa selalu mengikuti dan mengawasi kalian sejak pindah ke Jakarta. Itu sebabnya kalian pindah-pindah kost di awal dan berakhir kost di rumah kost milik Pakde Mas Ibnu yang pensiunan polisi. Mba Rayya pernah meminta bantuan Pakde sewaktu lelaki itu menunggu kalian keluar dari kos dari dalam mobilnya. Pakde pura-pura mengusir mobil yang parkir sembarang di seberang rumah, dan saat Pakde melihat wajah pengemudinya, dia tahu siapa laki-laki itu. Siapa yang tidak tahu keluarga Pramana? Terlalu banyak kasus di dalam keluarga mereka. Kasus Ayah kamu dulu bahkan di tutup tanpa keadilan, Ri. Mendengar nama itu Mba Rayya langsung ingat pelaku tabrak lari Ayah. Saat Ayah meninggal, kamu mungkin masih terlalu kecil untuk ingat dan tahu detailnya, Ri."
Lelaki itu melanjutkan kata-kata yang membuat Rili semakin hilang akal, "Mas Ibnu juga pernah temani Mba Rayya datangi lelaki itu. Mba Rayya penasaran, dan menanyakan langsung apa maksud dan tujuannya menguntit kalian? Awalnya Dia bilang dia ingin minta maaf, Ri. Saat itu Mba Rayya jawab, bahwa dia sudah memaafkan dan Ikhlas akan peristiwa itu. Tapi anehnya, setelah itu dia masih sering muncul di sekitar kalian-walau enggak sesering dulu. Bertahun-tahun diikuti Mba Rayya merasa sangat terganggu. Dia kembali datangi lelaki itu dan dengan enggak tahu malu dia bilang dia suka sama kamu, dia ingin kamu. Mendengar hal itu Mba Rayya marah besar, mereka bertengkar dan berakhir dengan Mba Rayya mengancamnya akan melapor ke polisi kalau dia masih terus mengikuti kalian-terutama kamu. Kejadian itu beberapa bulan sebelum Mba Rayya sakit, Ri."
Tubuh Rili merosot, jatuh terduduk di atas permukaan lantai yang dingin. Kedua kakinya mendadak tak berfungsi untuk menopang bobot tubuhnya sendiri, begitu pula dengan paru-parunya yang terasa kosong. Udara di sekitarnya seakan menguap tak meninggalkan oksigen sedikitpun untuk dia gapai. Jantungnya teremas kuat, sesak, perutnya juga mual luar biasa.
"Ri! Kamu kenapa, Ri?!" Ibnu panik. Dia tepuk-tepuk pipi Rili guna mengembalikan kesadarannya.
Berusaha menghirup sisa-sisa oksigen di sekitarnya, Rili menggelengkan kepalanya, "Enggak. Enggak mungkin. Enggak mungkin Abiyasa pelakunya. Enggak mungkin dia seperti itu.." gumamnya berulang kali. Mereka pertama kali bertemu di rumah sakit. Iya, Abiyasa ada di sana saat itu karena baru saja mengalami kecelakaan kecil. Rili bisa pastikan itu karena ada luka berbalut perban di tangan laki-laki itu saat mereka bertemu. Tidak mungkin pertemuan mereka disengaja, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Chained by Ferris Wheel (END)
ChickLitThora sangat berusaha menghindari segala urusan dengan mahluk bernama perempuan. Oma, Mami dan ketiga kakak perempuannya sudah cukup membuat hidupnya hiruk pikuk dan penuh drama. Agar bisa lepas dari hukuman yang Mami berikan, Thora diwajibkan ikut...