Sebelum baca tolong di klik dulu tombol votenya di kiri bawah ya... 😌.
Yang baca banyak, tp votenya seret huhu.
Ku up cepet semoga komennya ramai 🙏🏻. Kalau masih sepi juga, ku up nanti2 aja hahahaha 😈
⚡️⚡️⚡️
Thora baru saja melewati zona berbahaya. Lelaki itu membilas wajahnya dengan air dingin di wastafel setelah membersihkan diri. Dia tatap pantulan wajahnya dengan nafas terengah. Yang tadi itu... benar-benar berbahaya! Baru seperti itu saja kenikmatan yang dia dapat sudah menyenangkan, apalagi jika...Thora gelengkan kepalanya keras. Mengusir pikiran kotornya.
Tidak-tidak, dia tidak boleh membuat kesalahan lagi. Cukup satu kali ini saja dia kelepasan. Thora tidak bisa menjamin jika terjadi hal selanjutnya, dia bisa menahan diri sebaik tadi.
Dengan canggung dia keluar dari area kamar. Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan, mencari keberadaan Rili.
Perempuan itu dia temukan berdiri memunggungi di area dapur, tampak sibuk dengan dua cangkir teh dengan kepulan asap menari-nari ke udara.
Thora tarik kursi meja makan. Dia jatuhkan bokongnya cepat saat mendapati gerak Rili di balik kitchen island. Dia hindari menatap mata perempuan itu ketika Rili bergerak menuju meja makan, dengan dua cangkir teh di tangannya.
Satu cangkir mendarat di hadapan Thora. Rili ikut duduk, di kursi sebrang.
Hening. Keduanya saling melempar pandangan ke arah lain.
Mata Thora tanpa sengaja jatuh ke sofa abu-abu yang menjadi saksi bisu kegiatan panasnya tadi. Sialan. Thora kembali ingat apa yang dia lakukan di sana.
"Mas Oya.." Panggil Rili memecah kesunyian.
Dengan gerak kaku, Thora menoleh. "Um?" Gumamnya tanpa menatap Rili.
"Kamu... marah?" terkanya.
"Enggak. Aku nggak marah." Untuk apa dia marah? dia hanya sedang meruntuki dirinya yang tidak bisa menahan hawa nafsu. Padahal, dia sendiri yang membahas kesepakatan batas kegiatan berpacaran mereka, tapi dia juga yang melanggarnya. Laki-laki macam apa yang tidak bisa memegang ucapannya sendiri?
"Kamu diam aja dari tadi. Kamu juga enggak mau lihat aku."
Memberanikan diri, dia tatap wajah Rili. Dengan kurang ajarnya otak kotor miliknya kembali menampilkan memori saat bibir Rili mendesahkan namanya, saat wajah itu memerah dengan sayu cantik di bawah tubuhnya.
BRUK! Thora jedutkan kepalanya ke permukaan meja makan.
"Mas! Kamu kenapa?!" Sahut Rili panik.
Ya tuhan.. Thora ingin menangis rasanya. Dia takut melanggar prinsipnya sendiri, juga mengecewakan Rili dengan nafsunya yang mudah tersulut. "Bun.. Jangan lagi kayak tadi ya.. Please. Tahan aku, marahin aku kalau aku melewati batas." Mohonnya dengan posisi kepala yang masih menelungkup di atas meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chained by Ferris Wheel (END)
ChickLitThora sangat berusaha menghindari segala urusan dengan mahluk bernama perempuan. Oma, Mami dan ketiga kakak perempuannya sudah cukup membuat hidupnya hiruk pikuk dan penuh drama. Agar bisa lepas dari hukuman yang Mami berikan, Thora diwajibkan ikut...