"Satu minggu!. Atau.. sampai luka ku sembuh. Kamu bisa tinggal disini sampai saat itu. Setelahnya aku akan jelaskan ke Mami kalau dia salah paham." Kata Thora sambil berjalan mondar-mandir di ruang tamu.
Kya, benar-benar pergi meninggalkan Rili berserta barang-barangnya di apartement Thora. Astaga.. Tega sekali sepupunya itu!.
"Aku ngga mungkin tinggal disini sama kamu. Abiyasa tinggal persis di sebelah. Itu sama saja menambah masalah baru untuk kamu." Rili akhirnya bersuara setelah sejak tadi diam membisu.
Mendengar perkataan itu Thora mendengus sambil tersenyum sinis, langkahnya berhenti di belakang sofa yang bersebrangan dengan Rili, "Aku suka masalah, apalagi jika berhubungan dengan dia. Tapi ini.. Bukan karena itu..." Thora mengerang kesal. Jujur saja Thora sangat takut tinggal bersama Rili. Dia tidak percaya dengan dirinya sendiri untuk bisa menahan rasa sukanya. Bertemu dengan Rili setiap hari bukanlah hal yang baik untuk kesehatan raga dan jiwanya!. Bisa-bisa jantungnya kolaps, terlalu cepat berdebar setiap hari!.
"Kamu pasti juga ngga nyaman untuk tinggal sama aku kan?" Rili menduga.
Ah!. Bukan masalah nyaman!, gerutu Thora dalam hati. "Ck!. Papi nih pasti sengaja deh ngomong kaya gitu." Decaknya kesal sambil terus bergerak kesana kemari dengan gelisah.
"Thora.. Bisa duduk?. Aku pusing lihat kamu mondar-mandir terus. Apa yang bisa kita lakukan untuk keluar dari masalah ini?"
Thora membanting tubuhnya kasar di atas sofa, berpikir keras dengan kaki kanan yang tidak bisa berhenti bergoyang karena rasa cemasnya, "Ngga ada jalan lain. Mami pasti nyuruh anak buah Papi buat mantau kita. Disisi lain, Papi juga berusaha untuk nahan Mami dan kakak-kakakku untuk ngga datang kesini. Percaya sama aku, kamu ngga akan bisa membayangkan apa yang bisa mereka lakukan ke Abiyasa kalau tahu aku memar gini." Memar yang tidak seberapa tapi bisa membuat para perempuan itu murka!. Yang boleh menyiksa Oya itu hanya mereka, itupun dengan dalih GEMES!. Gemes macam apa yang bikin pipi dan pahanya biru-biru?.
"Keluargamu... Apa benar semenyeramkan itu?"
Thora menatap Rili dengan satu alis yang terangkat naik, "Serem gimana? Kamu dengar apa tentang keluargaku?"
Rili menelan ludahnya payah, "Aku pernah dengar, salah berurusan dengan kalian bisa-bisa... kehilangan nyawa."
Thora mengerucutkan bibirnya, kemudian mengangguk, "Ya.. Benar sih. Memang faktanya begitu. Keluarga kami ngga pernah memberi kesempatan kedua pada siapapun jika berhubungan dengan kepercayaan. Kepercayaan itu mahal sekali nilainya. Jadi, setelah kamu mengiyakan hubungan ini di depan Kya, mulai detik ini, jangan pernah berpikir untuk menghianati aku. Seperti... bertemu diam-diam dengan Abiyasa misalnya?. Seperti awal minggu ini?. Jangan lakukan itu." Thora memperingatkan. Jika minggu lalu hubungan mereka sudah seserius sekarang di mata keluarganya, Thora yakin, Mami pasti tahu akan pertemuan Rili dengan Abiyasa di restaurant itu.
"Apa menghilangkan nyawa seseorang semudah itu untuk kalian?"
Thora menangkap ekspresi takut pada manik mata Rili yang membuatnya menahan senyum. "Mudah. Ada banyak tangan yang bersedia melakukannya untuk kami. Kenapa? Ada orang yang ingin kamu hilangkan nyawanya?. Tetangga sebelahku mungkin?" Thora menyeringai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chained by Ferris Wheel (END)
ChickLitThora sangat berusaha menghindari segala urusan dengan mahluk bernama perempuan. Oma, Mami dan ketiga kakak perempuannya sudah cukup membuat hidupnya hiruk pikuk dan penuh drama. Agar bisa lepas dari hukuman yang Mami berikan, Thora diwajibkan ikut...