Bab 26 : Rasa ini, apa namanya?

1.4K 167 27
                                    

"Aaaa!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aaaa!!. Sakit!!. Kak Ora, udah!!. Sakit!!." Thora berteriak, wajahnya berkerut, menahan sakit saat jari jemari Aurora dengan cekatan menguncir rambut bagian depannya menggunakan karet gelang.

"Jangan dibiasain poni panjang begini, Oya!!. Bahaya kalau ketusuk mata!. Bikin jidat kamu jerawatan juga!. Tuh lihat!, banyak ini jerawat kecil-kecil di jidat kamu!!." Sergah Aurora.

"Kak Ora!!. Jangan pegang-pegang!!." Thora berusaha menjauhkan wajahnya dari jari jemari lentik Aurora, kedua bahunya terjepit kedua tungkai Kaki Starla yang duduk di sofa, sedang Thora duduk dilantai, tak berdaya melawan sekuat tenaga sekalipun. Rili menahan senyum saat melihat rambut Thora yang dikuncir satu ke atas, lucu, batinnya memuji.

Sejak tadi Rili hanya menyaksikan pergulatan ketiga bersaudara yang membuatnya bingung. Ini pertama kalinya Rili melihat hubungan kakak adik yang memiliki hubungan erat, namun bisa berubah mencekam di detik berikutnya dengan cara bercanda mereka yang terkesan 'kasar'. Terlebih disini, Thora yang di bully secara terang-terangan.

"Panggil aja Kak Sunny, Ra. Biar Kak Sunny facial disini sekalian si Oya. Jorok banget jadi laki-laki!." Omel Starla tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi. Perempuan dengan masa otot tubuh di atas rata-rata itu sedang asik bermain games konsol mario cart.

"Enggak!!. Awas kalau ada yang berani bilang Kak Sunny!!. Oya laporin Papi nih!, kalian lagi-lagi ketipu investasi bodong sama salah satu sahabat kalian itu!!." Ancamnya.

Gerak Aurora dan Starla terhenti, keduanya saling melirik, kemudian melepaskan Thora begitu saja seakan tak terjadi apa-apa. Starla bahkan dengan sengaja menendang punggung Thora hingga tubuh lelaki itu tersungkur di karpet.

Thora mengerang, mengusap sikunya yang terbentur pinggiran coffee table.

"Dasar tukang ngadu!." Cebik Starla yang kembali fokus ke layar televisi.

Aurora menghampiri Kya dan Rili yang duduk di sofa lain, perempuan cantik itu melompat-lompat kecil dengan wajah riang. "Hai-hai!!. Ada cerita apa nih adik-adikku sayang..." sapanya riang. Satu tangannya terulur, menuangkan botol minuman beralkohol pada gelas-gelas kecil di atas coffee table. "Rili minum,kan?"

"Enggak!. Rili ngga boleh minum!." Larang Thora.

"Ih, siapa kamu larang-larang Rili?" Aurora melirik sinis, kemudian mengulurkan gelas-gelas tadi pada Rili dan Kya, "Minum aja Ri, jangan di dengerin bocah satu ini."

"Oya kan, pacarnya!." Thora berdiri, dia rebut gelas Rili lalu dia serahkan pada Starla yang segera menegaknya habis seperti minum air putih, "Pokoknya ngga boleh!. Rili, jangan sekali-sekali kamu minum sama Kak Ora atau Kak Starla. Mereka kuat banget minumnya. Lambung kamu bisa jebol kalau ikutin mereka." Ujarnya sambil bersedekap dada.

"Kamu itu baru pacar, bukan suami!. Ngga usah deh larang-larang!."

"Kak, tapi Rili beneran ngga kuat minum. Dia minum bir sebotol kecil aja tewas." Tambah Kya.

Chained by Ferris Wheel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang