Bab 32 : Tamparan Keras yang bertubi-tubi

1.6K 217 42
                                    

Komen bab lalu ramai, aku jadi semangat lalu aku up cepat! 🤣 #authornyamurehbanget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Komen bab lalu ramai, aku jadi semangat lalu aku up cepat! 🤣 #authornyamurehbanget

Voment lagi yang ramai yaaa~

Tarik nafas dulu sebelum baca bab ini 😯😮‍💨.

⚡️⚡️⚡️

Rili shock saat dengan entengnya Thora berkata akan membunuh Abiyasa. Kenapa dia bisa tega melakukan hal keji itu?

Kematian adalah sesuatu yang sangat menakutkan bagi Rili. Dia sangat tahu rasa sakit akan kehilangan yang pernah mencabik sebagian besar jiwanya berulang kali.

Nyawa seseorang bukanlah lelucon atau hal yang bisa diremehkan dengan alasan apapun. Ada kehidupan berharga, masa depan yang indah dan keluarga yang mencintai dibalik nyawa itu sendiri.

Dia memilih untuk pergi saat Thora mengucap kata maaf setelah mendengar perkataannya yang menyaratkan perpisahan. Apa maksud Thora meminta maaf? Rili tidak mengerti. Saat ini amarahnya sedang memuncak bersama rasa takutnya.

Jika dengan meninggalkan Thora dia bisa menyelamatkan satu nyawa, Rili akan melakukannya. Nyawa seseorang tidak akan pernah sebanding dengan rasa sayangnya pada Thora.

Perempuan itu meninggalkan gedung apartement dengan terburu-buru. Langkah kakinya bahkan mulai terayun berlari, dia takut jika Thora mengejarnya, memeluknya dan merayunya, Rili pasti akan kembali luluh.

Setelah lelah berlari, Rili duduk di halte bus yang jaraknya cukup jauh dari apartement Thora. Nafasnya tersengal, airmatanya kembali jatuh tanpa bisa dia tahan. Rili sadar betul bahwa keputusannya pasti akan dia sesali kelak. Dia rutuki sifat buruknya yang kembali kambuh, yaitu pergi menghindar saat menghadapi masalah.

Otaknya sibuk berpikir ke mana dia harus pergi sekarang? Dia tidak mungkin kembali ke rumah Nanggala dengan keadaan seperti ini. Dia harus mencari tempat tinggal secepatnya agar bisa kembali hidup mandiri seperti sebelum-sebelumnya. Tanpa campur tangan Thora atau keluarganya. Sendiri, lebih baik, pikirnya.

Getar pada ponsel di dalam tas mengejutkannya. Dia temukan nama Neela menyala-nyala di layar ponsel.

Rili hembuskan nafas panjang sebelum mengangkatnya, "Ya, Nee?" Sapanya berusaha mengatur nada sebiasa mungkin.

"Ri.. di mana? Nginap di rumah gw, dong.. please. Butuh temen banget, nih, gw." Pinta Neela dengan isak tangis tertahan.

"Lo kenapa?" Paniknya.

"Nanti gw cerita ya, lo bisa ke rumah gw?"

Tanpa perlu berpikir Rili mengiyakan, "Gw ke sana sekarang."

Rili sampai di rumah megah kediaman keluarga Yudistira yang merupakan pengusaha sukses di bidang eksport ikan laut dan tawar. Kedua orang tua Nila jarang menetap di Jakarta, mereka sering berkeliling dunia guna memasarkan produk ikan-ikanan yang beraneka ragam. Neela hanya tinggal bersama Kakak perempuannya di rumah mewah ini.

Chained by Ferris Wheel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang