Bab 27 : Bolehkah?

1.8K 209 59
                                    

Akhirnya update lagi 😭😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya update lagi 😭😭. Maaf ya lama, sedang riweh sekali minggu2 ini. Setelah naskah LL dan LLAS selesai, ku janji lebiu sering update cerita ini seminggu 2x sampai tamat.

Kira2 tamat di bab brp ya?.

Voment yg ramai plis biar semangat nulisnya!.

⚡️⚡️⚡️

Rili berusaha membuka kedua matanya. Kepalanya terasa berat juga pening di seluruh bagian.

Dia terkesiap saat mendapati Thora tertidur di sampingnya, memeluk tubuhnya dalam dekap. Kenapa mereka bisa berada di kasur yang sama lagi?. Dia dorong lengan berat itu dari pinggangnya.

Thora tak bergeming, dengkur halusnya memberi tanda bahwa lelaki itu sedang dalam fase tidur lelap.

Tenggorkannya terasa kering juga perih, dia butuh minum air saat ini. Dengan langkah gontai Rili berjalan menuju pintu. Dia lirik jam dinding yang menunjukkan pukul enam pagi seraya menekan tuas pintu untuk membukanya. Pintu terkunci. Astaga.. jangan bilang mereka kembali dikunci dari luar?.

Pasrah, Rili duduk di bibir ranjang. Sembari menunggu rasa peningnya hilang, Rili amati Thora. Hidung mancung, alis tebal dan kelopak mata monolid yang menjadi ciri khasnya jika diperhatikan, tampak sangat menarik. Dengan wajah seperti ini, Thora tentu bisa mendapatkan semua perempuan yang dia suka dan sangat wajar jika banyak perempuan menginginkannya—seperti yang Gilian katakana semalam.

Lelaki ini, apa yang dia suka dari dirinya?. Semua yang ada di dalam diri Rili biasa saja, tidak ada yang special. Dia hanyalah perempuan biasa yang pendiam, tidak menarik dan membosankan untuk di jadikan pasangan. Jadi, apa yang sebenarnya Thora lihat darinya?.

Thora bergerak, tangan kanannya menggaruk lehernya dengan gerak cepat. Tatap Rili jatuh ke beberapa titik di leher Thora dimana dia temukan bercak-bercak kemerahan yang sangat kontras dengan kulit putih Thora.

Kedua matanya membulat, dia kulum bibirnya dalam cemas. Dia ingat betul, ketika bermain truth or dare semalam, Thora tak memilikinya. Lalu, siapa memberi tanda di lehernya?. Tidak mungkin... dia, kan?.

Rili mencari kepingan ingatannya. Ada potongan memori yang kembali berputar saat dia mencium Thora dengan penuh.. nafsu.

Rili benamkan wajahnya dalam pada bantal yang dia tarik dari balik bokongnya. Sial, sial, sial!!. Apa saja yang terjadi selanjutnya?? Kenapa dia tidak ingat?!, erangnya frustasi.

"Oya!! Rili!!. Pakai baju kalian dalam waktu dua menit!!. Kak Starla lapar!!. Masakin dong, Oya!!!." Teriak Starla lantang dari arah pintu yang membuat Rili terlonjak kaget.

Sebentar, sebentar!!. Apa yang baru saja Starla katakan?. Kenapa mereka harus pakai baju?. Dengan panik, Rili raba pakaian dalamnya yang—beruntung—masih melekat sempurna. Nafas lega dia hembuskan kencang.

Chained by Ferris Wheel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang