Bab 16 : Takdir yang buruk

1.4K 191 86
                                    

Sesuai janjiii, update cepeeet, 4300 kata pula!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai janjiii, update cepeeet, 4300 kata pula!!.

Kalau vomentnya ngga rame sih, aku ngambek 😌.

Update lagi minggu depan yaaa, gantian Tirta Kirsi 😬.

⚡️⚡️⚡️

"Rili?" Thora mengguncang pundak Rili. Perempuan itu sedari tadi diam, melamun selama perjalanan mereka menuju hotel R. Dan sentuhan telapak tangan Thora di pundak Rili yang polos barusan, memberi efek setrum pada tubuhnya.

Thora kepalkan telapak tangannya yang tiba-tiba terasa seperti baru saja tersengat listrik statis saat Rili menoleh padanya.

"Jangan melamun. Kalau kamu kesurupan, aku pasti langsung kabur. Nanti siapa yang nolongin kamu?" tegur Thora sambil bergedik ngeri. Rili ini, benar-benar sering sekali melamun. Kebiasaan buruk!.

"Sudah sampai?" Kepala Rili menoleh kekanan dan kekiri. Mereka sudah berada di parkiran salah satu hotel berbintang di daerah Mega Kuningan.

"Sudah. Dari tadi kamu diam, ngelamun. Aku ajak ngomong diem aja." Sunggutnya kesal. Dia sengaja belum mengajak Rili turun, gimana mau ajak turun kalau sedari tadi Rili nyuekin Thora?!.

Rili menggeser duduknya menghadap ke arah Thora. "Maaf. Aku.. sedang banyak pikiran."

Thora sandarkan kepalanya ke sandaran kursi, dia amati wajah cantik Rili. Demi apapun, Rili cantik sekali siang ini. "Apa yang kamu pikirkan?"

Kedua mata bulat itu bergerak turun, jatuh pada jari jemarinya sendiri yang berada di atas pangkuan. "Semua. Tentang hidupku yang selama ini dibohongi, tentang Abiyasa yang—" ada jeda sebelum perempuan itu melanjutkan. "Aku punya prasangka. Dan saat kamu membawa aku kesini, aku rasa.. prasangkaku benar?" Dia bertanya balik sambil menatap Thora ragu.

Thora melipat kedua tangannya di depan dada. "Tell me.. Aku sudah bilang kalau kamu harus meyiapkan diri kan?"

Rili mengangguk pelan. Bibirnya sempat terbuka sedikit, kemudian menutup. Perempuan itu terlihat ragu.

Thora menarik nafas dalam. "Aku ngga mau kamu kena serangan jantung di dalam." Ujarnya sambil membuka laci yang ada di depan lutut Rili.

Dia ambil undangan berwarna merah dengan ukiran tinta emas di atasnya, yang kemudian dia letakkan di atas pangkuan Rili. "Hari ini mereka menikah, setelah bertunangan selama satu tahun. Abiyasa Pramana dan Diantha Hartadi."

Thora amati raut wajah Rili yang berubah pias. Perempuan itu mengusap ukiran nama Abiyasa pada lembar undangan dengan jari telunjuk yang gemetar.

Keningnya berkerut, seperti sedang menahan sakit.

"Diantha Hartadi, putri dari seorang pengusaha property. Mereka mengadakan pesta pernikahan ini secara tertutup. Hanya ada seratus lima puluh undangan yang disebar. Tahu kenapa?"

Chained by Ferris Wheel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang