Bab 31 : Kendali Diri

1.5K 195 71
                                    

Selamat tahun baru!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat tahun baru!!

Yass, kelar juga editing naskah final LLAS sebelum naik cetak (Revisi berkali2).

Aku bisa fokus ke cerita ini sekarang 😬. 2x seminggu yah updatenya, targetku bab 50 tamat 👀.

Bener2 kelabakan aku waktu editing LL dan LLAS karena puanjang banget ceritanya jd harus ku pangkas banyak karena halaman buku terbatas maksimal 500 lembar 🥲. Kalau enggak aku pangkas bisa lebih dari 1000 halaman 🤣🤣.

Mau belajar untuk menulis cerita pendek, tapi selalu ingin nulis dengan detail. Bingung, kan 🥲.

Bab ini 4300 kata ya, kira2 15 halaman kertas A4 😌. Please voment yang ramai biar semangat nulis bab selanjutnya💕.

⚡️⚡️⚡️

Thora terburu-buru turun dari mobilnya. Dia melangkah cepat, menghampiri Nasar yang berdiri di salah satu sisi trotoar. "Di mana dia?"

Jari telunjuk Nasar mengarah pada taman yang berada di seberang jalan. "Di sana, Pak."

Kedua mata Thora menyipit, dia sisir area luas nan gelap di depannya, "Di mana?"

"Itu, Pak. Di salah satu bangku taman, dekat prosotan."

Thora telan ludahnya payah. Tubuhnya refleks bergedik ngeri, dia tendang bokong Nasar kesal. "Jangan bercanda kamu Nasar! Tidak ada orang di sana! Di mana Rili?!"

Nasar mengaduh, mengusap bokongnya, "Ya Allah, Pak.. Ada.. Itu lho, Mba Rili, lagi menangis di kursi, tertunduk. Mba Rili pakai kemeja biru dongker dan celana jeans, itu sepatunya warna hitam, ada garis list putihnya. Bapak enggak lihat?"

Lelaki itu memanjangkan lehernya, "Mana, sih?! Kenapa dia pergi ke tempat seperti ini malam-malam?!" Dalam kegelapan itu akhirnya Thora menangkap siluet tubuh perempuan yang terduduk. "Sar.. Benar, kan? Itu Rili? Bukan.. Hantu?" Ringisnya takut.

"Benar, Pak. Itu Mba Rili. Dari tadi saya awasi terus."

Thora dorong bahu Nasar, "Temani Sar."

Nasar menoleh, alisnya bertaut, "Temani ke mana, Pak?"  

Thora arahkan ujung dagunya ke taman, "Ke sana. Ayo.." dia benci sekali tempat gelap!

"Pak.. Masa di temani?" Tatap Nasar kemudian jatuh ke tangan Thora yang entah sejak kapan melingkar di lengannya. "Kita bisa dikira pasangan sejenis yang hendak berbuat asusila di taman, Pak!"

Thora berdecak, dia tidak peduli jika ada yang salah sangka, setidaknya jika bertemu hantu ada teman untuk kabur! "Kalau sampai bukan Rili, bagaimana?"

"Pak, badan Bapak sama hantu gedean badan Bapak. Kok, takut?"

"Hantu tidak bisa saya pukul, Sar! Dia bisa kejar dan sentuh saya, tapi saya tidak bisa membalasnya, seram sekali, kan?"

"Memangnya Bapak sudah pernah bertemu hantu?"

Chained by Ferris Wheel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang