Bab 28 : Ter-oya-oya

1.4K 168 39
                                    

Jari telunjuk Rili mengusap garis hidung Tori, kelinci kecil putih yang kini duduk di pangkuannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jari telunjuk Rili mengusap garis hidung Tori, kelinci kecil putih yang kini duduk di pangkuannya. Anak kelinci itu masih sangat kecil, usianya mungkin baru sekitar empat bulan.

Toro, kelinci kecil lainnya yang berwarna abu-abu sejak tadi sibuk mengunyah hay di pojok kandang-percis seperti pemiliknya yang juga duduk di sofa sembari mengunyah pisang molen mini.

"Ini kamu nemu yang jualan di mana, bun? Kok, enak pisang molennya."

"Ada di dekat kampus."

Thora memasukkan pisang molen mini lainnya ke dalam mulut dalam sekali lahap. Astaga, dia makan pisang molen atau kacang goreng, sih?

Masa iya, Rili beli tiga puluh sekarang sisa lima dalam waktu kurang dari sepuluh menit? Tatap Rili nanar pada box bungkusan berwarna coklat.

"Aku mau buat kandang yang lebih besar nanti di pojok sana. Enggak usah pakai kandang tertutup begini, kasihan banget ngga bebas bergerak. Kecil pula. Kasihan anak-anakku. Nanti kandangnya atapnya terbuka, jadi mereka lebih leluasa main-main." Cerocos Thora tanpa ada yang bertanya.

"Apa enggak bau, kamu pelihara kelinci begini di dalam apartement?"

"Enggak. Nanti alasnya pakai popok lembaran, trus dialasin lagi sama selimut bahan fleece. Tiap hari diganti popok alasnya dan di cuci selimutnya. Aku akan suruh Bowo yang urus. Makan mereka juga makanan kering, porsi sayur atau buah sedikit aja. Yang penting air minum selalu tersedia. Jadi pipisnya enggak bau."

Rili menatap Thora datar. Mudah sekali dia bicara, apa dia tidak berpikir akan serepot apa Bowo yang harus mencuci selimut bekas ompol para bayi kelinci ini setiap harinya?

"Bun.."

"Mm.." Rili merunduk, mengusap kepala Tori lembut. Dia perhatikan mata hitamnya yang mengantuk menikmati usapan Rili.

"Kamu jadi pindah?"

"Jadi."

"Besok banget, Bun? Mulai pindahannya?"

"Iya.."

"Tapi kan, besok jumat."

Rili angkat kepalanya, dia dapati wajah cemberut Thora. "Aku kuliah sore, besok. Satu mata kuliah. Jadi, pagi aku bisa mulai pindahan."

"Bun.. Kamu, enggak mau pikir-pikir lagi?. Apa yang membuat kamu enggak nyaman tinggal di sini? Di sini kamu ngga perlu bayar, makan tiga kali sehari gratis juga bareng aku. Kamu bisa nabung, lho!"

Rili menghela nafasnya pelan, "Kita sudah pernah membahasnya, kan? Ini bukan masalah nyaman atau tidak nyaman. Tapi memang sebaiknya kita tidak tinggal bersama."

"Karena?"

"Kita bukan suami istri." Kenapa dia bertanya? Jelas itu alasan utamanya.

Alis Thora berkerut, "Tapi kamu dulu sering, tinggal di sebelah. Kalian juga berencana tinggal bersama padahal bukan suami istri, kan? Atau sebetulnya diam-diam kalian sudah nikah sirih?" Sindirnya sinis.

Chained by Ferris Wheel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang