4rb kata lagi lho bab ini.. jangan lupa voment, yah! Biar author semangats!
⚡️⚡️⚡️
Entah sudah berapa tahun Rili tidak menginjakkan kaki ke kota kelahirannya. Solo, kota kecil itu sedikit banyak berubah dari apa yang dia ingat. Bis yang dia tumpangi kini berhenti di terminal akhir, saat waktu menunjukkan pukul sebelas malam.
Suasana terminal saat ini cukup sepi, rata-rata para penumpang di jemput oleh kolega mereka masing-masing dengan mobil maupun motor. Rili berjalan menuju luar terminal, matanya menyisir beberapa angkutan umum tersisa yang memiliki tujuan berbeda dari arah yang Rili ingin tuju. Kakinya terayun, menghampiri seorang pria tua yang bersandar pada sepeda motornya, "Ojek, Mba?" tawarnya dengan senyum ramah.
Rili mengangguk, "Ke Pemakaman Sukomukti, Pak."
Tubuh lelaki itu mendadak kaku, air wajahnya berubah pias dengan langkah yang terseret mundur. Bola matanya bergulir menatap ke arah kaki Rili.
Di saat seperti ini, kenapa dia teringat lagi pada Thora? Yang sama penakutnya dengan lelaki tua di hadapannya. "Saya bukan hantu, Pak."
"Hantu mana ada yang mengaku hantu, Mba?" Balasnya takut-takut. "Ada perlu apa ke makam malam-malam begini?" tanyanya penasaran setelah berhasil memastikan sepatunya menapak di atas tanah.
"Saya...ingin bertemu Ayah saya." Memang, terdengar sangat tidak masuk akal tujuannya saat ini. Tapi Rili ingin sekali ke makam Ayah. Meminta maaf atas perilakunya yang bodoh dan mengecewakan.
"Ayah Mba.. kenapa ada di sana?"
"Ayah saya di makamkan di sana. Bapak bisa antar saya? Saya bayar dua ratus ribu?" tawarnya.
Lelaki itu terdiam sesaat, kemudian bergerak mengitari tubuh Rili dengan langkah cepat, memastikan kenyataan sosoknya—lagi.
"Mba.. bisa baca ayat kursi?" Tanyanya tiba-tiba.
Rili mengangguk.
"Coba dibaca, Mba. Kalau Mba enggak kebakar, saya mau antar."
Astaga.. kenapa dia bertemu dengan orang aneh seperti ini? Tapi, dari pada dia terlantar dan kehilangan kesempatannya untuk naik ojek, Rili pun melantunkan ayat kursi.
Setelah selesai, dan yakin tidak ada asap yang keluar dari tubuhnya, lelaki itu baru mau mengantarnya ke makam. Sepanjang perjalanan, Rili cukup pusing ditanyai berbagai macam pertanyaan mulai dari asalnya, tujuannya ke Solo, sekolah atau bekerja dan tempat tinggalnya yang semua Rili jawab dengan asal. Dia paling benci membagi info pribadinya pada siapapun.
Sesampainya di area pemakaman, Rili turun dari sepeda motor.
"Mba yakin berani masuk ke pemakaman sendiri? Ini tengah malam, lho, Mba? Mba enggak takut?
Rili menggeleng seraya menyerahkan helmnya. Dia tidak pernah takut hantu. Manusia dan sifat jahatnya yang terselubung, jauh lebih menakutkan dari pada hantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chained by Ferris Wheel (END)
ChickLitThora sangat berusaha menghindari segala urusan dengan mahluk bernama perempuan. Oma, Mami dan ketiga kakak perempuannya sudah cukup membuat hidupnya hiruk pikuk dan penuh drama. Agar bisa lepas dari hukuman yang Mami berikan, Thora diwajibkan ikut...