Bab 38 : Rili dan pengakuannya

1.9K 234 52
                                    

Setengah membungkuk, Thora mengusap kepala belakangnya yang berdenyut-denyut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setengah membungkuk, Thora mengusap kepala belakangnya yang berdenyut-denyut. Hampir saja dia refleks membalas pukulan itu. Beruntung Myra bersuara dan membuat siku tangan Thora urung untuk melayang ke arah belakang.

Tangan Myra ikut mengusap-usap kepala belakang Thora dengan prihatin, "Ya ampun Mas Thora!! Maaf ya, Bude kira ada begal bibir di rumah sakit ini! Pasti sakit banget, ya? Bude pukul pakai gembolan isi pisang satu sisir, apel satu kilo, sama botol jamu?" Ringis perempuan paruh baya itu.

Pantas kepalanya sakit sampai berdenyut-denyut! sunggut Thora.

"Bude.. Mana ada begal bibir?" Rili ikut menimpali.

Thora lirik perempuan yang pipinya bersemu merah itu. Ah.. Rindu sekali dia dengan Rili yang malu-malu.

"Ya mungkin aja, kan? Di jalan yang ramai aja banyak begal payudara! Apa lagi di tempat sepi kayak di sini? Eh, omong-omong Mas Thora kok, bisa ada di sini?"

Thora menegakkan tubuhnya, dia memaksakan senyum seraya menjawab pertanyaan Myra. "Saya langsung ke sini saat dengar Rili sakit, Bude." Mata monolid Thora bergulir menatap sosok yang berdiri di belakang Myra. Lelaki berkulit putih, berpotongan rambut belah tengah dengan tubuh kurus yang tinggi tubuhnya hanya sepundak Thora. Jika dilihat-lihat perawakan lelaki itu mirip dengan personil boyband kesukaan Leva—keponakkannya yang sedang tergila-gila dengan NCTDream!

Aneh, lelaki itu berdiri gelisah di belakang Myra. Sorot matanya terlihat khawatir saat mencuri tatap pada Rili. Siapa? Kenapa dia menatap Rili seperti itu? Thora tidak suka.

"Kirsi yang beritahu? Eh, tapi.. Bude belum bilang sama Kirsi kalau Rili sakit. Bude lagi ngambek sama anak itu. Mas Thora tahu dari mana Rili sakit? Waduh, Bude bisa di marahi Kirsi ini kalau ada yang tahu Rili di sini. Rili ini lagi bersembunyi di Solo. Ada masalah di Jakarta yang belum bisa dia selesaikan, jadi ceritanya dia lagi kabur dari teman juga pacarnya. Jangan bilang-bilang, ya? dia di sini."

Tangan kanan Thora menepuk dadanya pelan, "Saya.. pacarnya, Bude." Lho? Myra tidak tahu? Mereka pacaran?

Myra terbelalak, "Hah?! Masa?! Ya ampuun.. pantas, ya.. ciuman. Pacaran toh, ternyata. Bude baru tahu kamu pacaran sama Mas Thora, Ri." Takjubnya seraya memukul pelan bahu Rili dengan senyum sumringah.

Lho? Gimana? Thora bingung sendiri dengan reaksi Myra.

"Kamu tuh, ngapain jauh-jauh sembunyi di Solo? Pacarmu badannya segede gardu telpon umum begini, mending sembunyi di pelukkannya tiap ada masalah! Ya, nggak, Mas Thora?" Alis Myra naik-turun dengan gerak cepat.

"Bude..." Rili menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Thora paham sekali kenapa Rili malu. Thora saja mendengarnya malu!

Lelaki di belakang Myra berdeham. Melangkah, dia berdiri di sisi kanan ranjang Rili, berseberangan dengan Thora.

"Ri? Gimana? udah berhenti diarenya?" Tanyanya khawatir.

Thora memiringkan kepalanya sedikit ke arah kanan, dia usap sesaat permukaan bibir bawahnya dengan lidah saat perasaannya mendadak terusik.

Chained by Ferris Wheel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang