Bab 29 : Rencana, Takdir dan Bencana

1.5K 180 30
                                    

Rili berulang kali menghembuskan nafas panjang melalui mulut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rili berulang kali menghembuskan nafas panjang melalui mulut. Jantungnya berdebar, tak karuan. Padahal mereka hanya akan nonton tv bersama. Sungguh konyol kerja jantung dan hatinya akhir-akhir ini.

Selagi menunggu Thora mandi, Rili siapkan sebaskom popcorn. Iya, sebaskom! Mana cukup Thora makan semangkuk?

Dia tata beberapa kaleng soda di atas coffee table juga beberapa potong cake yang Thora beli tadi. Umm.. lalu.. apa lagi, ya? Dia berpikir sejenak. Ah.. kandang kedua kelincinya lupa dia pindahkan, menghadap ke layar televisi.

Oh, ya.. dia harus memilih film, kan? Tapi film apa yang bagus untuk mereka tonton? Rili tidak mengikuti dunia perfilman, dia jarang sekali menonton bioskop. Lebih baik uangnya dia tabung kecuali sahabat-sahabtnya mentraktir. Rili juga tidak menonton drama, sayang kuota, pikirnya.

Rili jatuhkan tubuhnya di sofa. Dia kirim pesan pada Kya,

Me :
Kya, Thora suka film apa?

Kyanika :
Doraemon.

Me :
Selain itu?

Kyanika :
Kartun, dia sukanya yang
jepang-jepang gitu.

Gibli dia suka banget.

Me :
Apa, itu?

Kyanika :
Gibli tuh, kayak disney gitu.
Mereka punya kartun-kartun sendiri.

Coba cari Totoro, Spirited Away,
Kiki's delivery service, Ponyo..

Sumpah, Rili tidak mengenali satupun judul film yang Kya sebutkan.

Kyanika :
Kenapa emangnya, Ri?

Mau ajak Mas Oya nonton film?
Bioskop?

Me :
Mau nonton netflix aja di apart.
Tapi bingung mau nonton apa.

Gw ngga tahu film yang bagus.

Kyanika :
Oh.. kalau di apart nonton aja
koleksi film hentainya Mas Oya.

Me :
Film apa itu?

Kyanika :
Jepang-jepang juga.
Tanya Mas Oya aja, biar dia yang cari.

Rili mengangguk-angguk.

"Kita mau nonton apa, Bun? " tanya Thora yang tiba-tiba sudah duduk di samping Rili.

Aroma woody dan musk menusuk hidung Rili dengan tajam. Rili pencet cuping hidungnya, dia lirik Thora jengah, "Kamu mandi parfume? Kenapa wangi banget begini?"

Thora mengendus pakaiannya, kaus dan celana pendek berwarna hitam kontras sekali dengan kulit putihnya, "Ah, biasa aja. Emang selalu begini, kok."

"Enggak, ya! Ini wangi banget!!. Ketumpahan parfume kali baju-baju kamu di lemari?"

Chained by Ferris Wheel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang