Bab 50 : Sweet ala Oya

1.6K 216 76
                                    

Jadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadi... setelah menerima beberapa DM dari kalian yang masih belum rela Oya Rili tamat, banyak yang setuju Oya dikasih saingan dlu biar makin greget (poll di igs 87% yang setuju), juga ada permintaan sekuel cerita ini, maka aku putuskan untuk nambah beberapa bab lagi sebelum bener2 tamat!! 🥳🎉

Extrapart akan tetep ada, tenang aja 😬. Tapi untuk sekuel lanjutan sepertinya nggak ada. Mau fokus dlu ke cerita Bara soalnya dan antrian cerita lain cukup panjang.

Voment jangan lupa ya ramai yaaa 💕💕

Oh ya, yang belum intip group chat keluarga Oya pas lamaran kemarin bisa ke ig @ka.sei.ka

⚡️⚡️⚡️

Tatap Thora tak lepas menatap punggung Rili yang bergerak menjauh menaiki anak tangga menuju lantai atas kediaman Nanggala. "Ada masalah apa?" Tanya Tirta Nanggala sambil menggendong seorang bayi perempuan berusia empat bulan dengan tangan kanannya yang menyiku.

Thora mendesah panjang, kakinya terseret berat menuju sofa ruang keluarga. Dia hempaskan tubuhnya menelungkup, menenggelamkan wajahnya dalam-dalam. Kenapa penyesalan selalu datang belakangan? Thora benar-benar menyesal mempertemukan Rili dengan Iffah. Rili sedih, lalu marah padanya. Ini jelas bukan situasi yang dia inginkan.

"Thora?" Tirta memanggilnya lagi, menanti penjelasan akan kehadiran Rili yang meminta waktu bertemu dengan Kirsi secara mendadak. Tirta pasti menyadari air wajah Rili yang tidak baik-baik saja, juga dirinya yang lunglai, lesu, seperti orang kurang darah.

"Sebentar, Thora mau nafas dulu." Pintanya.

"Om Oya!!" suara anak laki-laki yang melengking tinggi terdengar dari kejauhan. Tak lama, sepasang tangan kecil mengguncang tubuhnya keras, "Om Oyanya kenapa, Daddy? Meninggal, ya?" Tanyanya polos.

"Tidak. Om Thora tidak meninggal, Kai.."

"Terusnya? Kenapa, kok, kayak gini?"

"Umm.. Mungkin.. karena sedang sedih?"

"Kamu sedih Om Oya? Emang?"

Thora mengangguk tanpa mengangkat wajahnya.

"Kenapa, kok, kamunya sedih? Kamu pasti dimarahin Tante Rili, ya? Daddy aku juga kalau dimarahin Mama aku suka sedih.."

"Kai..." Tirta seakan menegurnya untuk tidak bicara lebih banyak lagi.

Usapan tangan kecil di bagian kepala belakangnya terasa geli, "Nggak papa, kok. Sedih boleh tapi jangan lama-lama ya.. Kayak Daddy aku nih, kalau sedih akunya di suruh main keluar kamar dulu, terusnya kamarnya di kunci. Lama! Akunya nggak boleh masuk-masuk.."

"Kai-kai, sudah ya.." Suara Tirta terdengar panik. "Main dulu saja dengan Pak Baim dan Sus Ayu. Im, tolong gendong Sashi dulu, kamu bawa saja mereka main di belakang."

Chained by Ferris Wheel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang