Bab 46 : Tanggung Jawab

1.4K 225 61
                                    

Nunggu vote seminggu lebih nggak nyampe lho 150 padahal yang baca 700an 😭😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nunggu vote seminggu lebih nggak nyampe lho 150 padahal yang baca 700an 😭😭. Syedih banget..

Ku up karena banyak yang nungguin, sampai pada komen dan DM di Ig. Makasi yang udah pada nungguin yaa, artinya cerita ini masih cukup menarik dibaca walau udah mau tamat ☹️.

Semoga terhibur dan harap bijak karena part ini mengandung 18+.

Met puasa bagi yang menjalankan. Sehat2 kalian semua 💕

Tolong klik vote dulu ya manteman di kiri bawah sekarang biar nggak lupa lagi 🥺.

Voment yang ramai juga biar authornya semangatssssss.

⚡️⚡️⚡️

Thora merasakan berat dan pusing di seluruh bagian kepalanya. Sudah lama sekali dia tidak mabuk sampai seperti semalam. Kedua kakaknya benar-benar kelewatan! Akan dia balas keduanya nanti! Lihat saja! Janjinya dalam hati dengan menggebu-gebu.

Kepalanya kembali berdenyut, Thora mengerang, dia berusaha menggerakkan tubuhnya yang terasa pegal seluruhnya. Bukan hanya itu, wajahnya juga turut terasa nyeri.

Apa yang terjadi semalam? Kenapa tubuhnya babak belur begini rasanya? Terkanya dalam kantuk.

Thora sadari saat ini dia berada di atas permukaan kasur yang empuk. Dia seret dengan berat tubuhnya sendiri untuk duduk bersandar di kepala ranjang, "Bun??" Panggilnya saat menyadari dia berada di kamarnya dan Rili.

"Sayang??" Sahutnya lagi dengan suara serak dan parau.

Tatap Thora menyapu sekitarnya dalam diam.

Sebentar, ada yang aneh. Kasur tempatnya duduk sekarang ini, kenapa sangat berantakan? Tubuhnya mendadak kaku saat menyadari satu hal. Thora remas selimutnya pelan, dia angkat dengan ragu dan.. Shit!! Kenapa Dia tidak mengenakan sehelai benangpun saat ini?!

Nafasnya mendadak berat, matanya melebar, otaknya sibuk menggali ingatannya semalam.

Tidak-tidak, dia tidak mungkin sebrengsek itu, kan?

Rili, di mana dia? Thora harus memastikan bahwa Rili baik-baik saja. Tubuh telanjangnya kini yang berbalut selimut mungkin saja karena dirinya sendiri yang melepaskan karena kepanasan! Ya.. pasti seperti itu. Dia berusaha meyakinkan prasangkanya.

Thora menarik selimutnya turun dari atas tempat tidur, guna menutupi inti tubuhnya. Dan detik berikutnya, apa yang dia lihat di atas kasur membuat dadanya teremas kuat. Perutnya teraduk mual.

Ada noda darah yang mengering di sana. Kontras dengan warna putih sprei yang tak lagi berbalut rapih.

Kedua kaki Thora melemas, nafasnya semakin berat dan sesak.

Beberapa potongan adegan menari-nari dalam benaknya. Saat dia memanggut bibir Rili dengan rakus, saat dia mencumbu lehernya, saat desah suara mereka yang saling bersahutan terdengar berulang di liang telinganya.

Chained by Ferris Wheel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang