Bab 52 : Gara-gara permen cokelat

1.8K 174 55
                                    

Bab ini mengandung 21+Mohon bijak membaca dan sesuaikan dengan umur yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab ini mengandung 21+
Mohon bijak membaca dan sesuaikan dengan umur yaa..

Kolom komentar di igs aku tutup. Disini aja kalau mau komen yang ramai 😬.

Votenya jangan lupa please~

⚡️⚡️⚡️

Keluarga Galendra mengadakan acara makan siang yang dikhususkan untuk mensyukuri kelulusan Rili di kediaman rumah mereka yang megah. Ini bukan kali pertama Rili datang ke rumah yang selalu terbuka lebar dan terasa hangat untuknya setiap kali dia singah.

Satu tumpeng berukuran sedang tersaji kokoh di tengah meja makan. Hiasan-hiasan cantik yang terbuat dari sayur mayur, mengelilingi dengan indah bersama dengan lauk sederhana. Di sekelilingnya, nampak hidangan khas solo yang membuat Rili semakin rindu dengan kampung halamannya.

Mereka kini berkumpul bersama, mengeliling meja makan yang terbuat dari marmer hitam. "Ri.. dibuka aja jubah toganya. Emang nggak panas, ya?" Sunny menyahut dari arah seberang.

"Nggak boleh sama Mas Oya, Kak..." Jawab Rili jujur.

Aurora mengerutkan keningnya. "Lho? Kenapa?"

"Kebayanya terlalu seksi! Lain kali kalau beliin Rili baju, tanya-tanya Oya dulu bisa nggak?" Thora menjawab dengan galak.

"Dih! Seksi apaan, sih?! Kayak gitu di bilang seksi, gimana nanti kalau kamu lihat Rili pake lingerie?"

"Linjeri apa, Mi?" Leva mendongak, bertanya pada sang Ibu.

"Baju buat orang gede sayang." Jawab Sunny singkat.

"Ngapain Rili pake lingerie?"

"Ya buat goda kamu, lah!" Celetuk Starla dengan senyum mengejek.

Wajah Thora merah padam. Jangan dibayangin, jangan dibayangin.. ulangnya dalam hati berulang kali. Lelaki itu kemudian berdeham pelan, "Nggak usah pake-pake begituan. Nggak penting."

"Halah! Doyan aja Oya! Sok-sok malu-malu.. Lepas aja Ri, jubahnya. Kalau Oya ngomel, biar Kak Starla plester mulutnya pake lakban."

Tanpa pikir panjang, Rili membuka jubahnya. Sejujurnya sejak tadi dia kepanasan! Rasanya seperti sedang sauna walau pendingin ruangan di rumah terasa sejuk.

"Sudah-sudah.. Ayo di mulai acaranya." Tegur Oma yang sejak tadi berdiri di samping Rili.

"Sebelum kita mulai acara makan bersama ini, Oya selaku tunangan Rili akan memberi kata sambutan. Ayo, Oya, dibuka acaranya." Titah Mami dengan ekspresi riang.

"Hah? Oya?" Lelaki itu terkejut saat namanya di sebut.

"Iya, kamu. Cepet!" Mami sedikit melebarkan matanya.

Lelaki bermata monolid yang berdiri di samping kiri Rili itu, tiba-tiba mengangkat kedua tangannya setinggi dada, "Sebelum kita makan, mari kita berdoa menurut kepercayaan masing-masing. Berdoa, dimulai.."

Chained by Ferris Wheel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang