Bab 20 : Pelet

1.3K 183 44
                                    

Maaf banget tadi sore kepencet! 😭😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf banget tadi sore kepencet! 😭😭.
Belum selesai ku tulis, lagi di edit2x, eh handphoneku di rebut si bayi 🥲.

Secara ajaib yang dia pencet tulisan Publish!.

Maap yah, di prank anakku 🙏🏻🥲.

Voment yang ramai jangan lupaa!!.

⚡️⚡️⚡️

"Mas, piring sama sendoknya minta satu lagi ya.." Pinta Rili pada Mas Dede—Tour Guide mereka hari ini.

Lelaki berkulit gelap dengan kumis tipis itu tersenyum sopan seraya menghampiri, "Maaf Mba. Kepake semua peralatan makannya. Tinggal sisa ini, ada yang ambil paket acara gathering kantor soalnya hari ini, Mba."

Kening Rili berkerut, masa iya tidak ada piring dan sendok satu pun yang tersisa?. Satu?!. Batinnya.

Thora meraih piring berwarna putih itu, mengambil nasi dengan sebuah centong kayu, "Kamu mau makan apa aja Bun? Aku ambilin ya?"

"Bareng kamu? Sepiring?"

"Iya, kan kata Masnya ngga ada lagi piringnya. Kamu mau makan langsung dari bakul nasi? pake centong?" Thora mengangkat centong nasi tadi hingga sejajar dengan wajah Rili.

"Aku bisa makan pake piring bekas lauk, sama garpu ini.." Rili mengambil garpu bersih yang berada di atas ikan bakar.

"Aku suapin aja..."

"Ngga!." Tolak Rili tegas.

"Oke, kamu cobain udang bakar madu sama saladnya ya?."

Thora ini.. tidak dengar ya?!. Rili kan sudah bilang tidak mau!. Lelaki itu malah sibuk mengambil beberapa lauk pilihannya lalu duduk di kursi kayu yang memanjang. "Sini, makan dulu.." dia mengayunkan tangannya seakan memanggil seorang anak kecil.

Rili berdecak, terpaksa dia duduk di samping Thora karena tidak ada lagi kursi di area itu.

Area makan mereka berada di batas pasir pantai dengan daratan. Hanya ada sebuah meja kayu berbentuk persegi dengan kursi panjang di dekat alat pemanggang.

Diatas meja aneka hidangan laut seperti udang, cumi, dan ikan bakar di sajikan dengan porsi besar—porsi Thora.

Mungkin karena terlalu banyak menangis, energi Rili habis sehingga aroma masakan yang di bakar di atas alat pemanggang itu berhasil menggungah rasa lapar Rili.

"Ayo dibuka mulutnya, Aa......" Thora menyodorkan sendok ke bibir Rili.

"Aku bisa makan sendiri.." Rili mengambil alih sendok, dia suap nasi bersama udang bakar madu tadi.

Wah! Enak sekali!. Ini udang bakar madu terenak yang pernah dia makan!. Rili terkesima dengan rasa manis dan gurih dimulutnya.

Thora tersenyum geli, "Enak?. Makan yang banyak ya, Bun!." Ujarnya sambil mengacak poni Rili.

Chained by Ferris Wheel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang