Bab 44 : Saat Rili Cemburu

1.8K 235 58
                                    

Waa votenya udah melebihi target!! Thank you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waa votenya udah melebihi target!!
Thank you.. jadi semangatkan nulisnya, upnya juga jadi cepet!

Jangan lupa voment yang ramai lagi 💕😁

Bab ini 3700 setara 14 halaman A4, yg kemarin 6000 berarti 2xnya lho 🤣🤣. Kenapa kalau baca novel cepet banget, giliran buku pelajaran ngantuk?🫣

Follow ig@ka.sei.ka karena setiap update, di igs aku sediakan question box untuk bahas tiap babnya dengan foto visual Oya Rili 🤭.

⚡️⚡️⚡️

Rili berjalan cepat, menjauh dari area tenda dan api unggun. Dadanya sesak, sangat. Dia tahan tangisnya yang nyaris tumpah. Jika dia menangis sekarang, malu sekali! Tapi.. wajar jika dia menangis, kan? Entahlah, Rili bingung dengan emosinya saat ini. Dia tidak pernah merasakan hal seperti ini di hubungan sebelumnya. Merasa cemburu apalagi sebesar ini merupakan hal yang baru baginya.

Bersama Thora, hubungan mereka terjalin dua arah. Saling mensupport, menghargai pendapat masing-masing—walau terkadang harus saling beradu argument terlebih dahulu. Thora memberinya ruang, untuk menjadi dirinya sendiri. Lelaki itu juga sangat paham kebutuhan waktu Rili untuk bersama sahabat-sahabatnya, keluarganya, juga kesibukkannya dalam mengerjakan skripsi sampai mendukungnya dalam mencari pekerjaan magang. Lelaki itu memberinya kebebasan, namun terkadang juga bisa sangat mengekang dan posesif. Thora sangat paham kebutuhan emosinya, lelaki itu merupakan sosok pasangan yang sempurna bagi Rili—terlepas dari sumbu pendeknya.

Perasaannya kini berkecamuk. Rili merasa terancam dengan keberadaan Vanessa di dekat Thora. Selama ini yang Rili tahu, Thora selalu menjaga jarak dan membatasi komunikasi dengan perempuan manapun—terkecuali keluarganya. Jadi, saat ada perempuan 'asing' yang Thora tanggapi, Rili cemas, gelisah dan takut. Takut kehilangan Thora, takut terabaikan kemudian tersisihkan untuk kesekian kalinya dalam hidup.

"Bun!" Thora memanggil.

Rili percepat langkah kakinya, dia tidak ingin bersama Thora saat ini. Rili ingin sendiri, menenangkan diri.

"Bun!.. Hei.. Sayang..." Thora menarik sikunya, tubuh besar lelaki itu menghalangi langkah Rili. Telapak tangan hangatnya merangkum wajah Rili dengan air wajah panik. "Bun, jangan dengerin Kak Starla! Dia sengaja banget bikin kita berantem! Seneng banget dia bikin aku susah! Nggak Bun, nggak gitu ceritanya. Sumpah! Kak Nessa bukan cinta pertama aku! Kakak-kakakku bikin asumsi sendiri! Aku nggak pernah Bun, ngomong kalau dia cinta pertama aku."

"Tapi benar kalau kamu mimpiin dia?" Tatapnya kesal. Mendengar hal itu membuat kepala Rili mendidih!

Thora menggeleng cepat, "Enggak! Aku nggak pernah bilang yang dimimpiku itu Kak Nessa! Orang mukanya aja nggak jelas siapa. Cuma, aku emang pernah bilang kalau sosoknya 'kayak' Kak Nessa. 'Kayak' Bun, enggak bener-bener yakin! Sumpah! Mukanya samar-samar aku bahkan enggak terlalu ingat sekarang!"

Chained by Ferris Wheel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang