Bab 41 : Pelan-pelan, Jangan Ugal-ugalan

2.2K 214 55
                                    

Hai-hai maaf banget lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai-hai maaf banget lama. Aku habis liburan bawa tiga bocil, syulit sekali mencuri waktu nulis 🫣.

Semoga terobati kangen Oya Rilinya dengan 5000 kata. Harusnya bisa jadi 2 part, tapi aku gabung aja yah!

Komen dan vote yang ramai please!
Biar semangat tulis bab 42nya.

9 Bab lagi menuju tamat!

Psst!! Bab ini mengandung 18+ 😳
(Kolom komentar di Igs aku tutup ya. Di sini aja komennya hehe)

⚡️⚡️⚡️

"Love you, Mas Oya." Ucap Rili sebelum memutus sambungan telpon begitu saja.

Mendengar kata-kata Rili jantung Thora rasanya mau meledak!! Garis senyumnya tertarik kencang ke arah belakang. Wajahnya terasa panas, terbakar sampai ke ujung daun telinganya. Kedua matanya menyipit dengan rasa bahagia yang siap meledakkan tubuhnya!

"AAA!!!" Teriaknya sambil berguling-guling di atas kasur yang luas. Dia melakukannya berulang kali. Berteriak, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya lagi.

Kenapa hatinya bisa sebahagia ini hanya dengan mendengar kata cinta dari Rili? Hidupnya benar-benar berubah dratis dalam dua hari! Yang sebelumnya terasa kosong dan hampa tanpa kehadiran Rili, sekarang hatinya penuh oleh rasa cinta gadis itu yang menyerangnya dengan brutal bagai tsunami!

Pintu kamar hotelnya terbuka kasar, "Ada apa, Pak?!" Ezra muncul dengan wajah panik. Thora menyewa satu kamar hotel president suite dengan dua kamar tidur di dalamnya. Dia tidak berani berada di dalam satu kamar hotel seorang diri, apalagi di negara asing! Hantu-hantu di sini pasti tidak mengerti Bahasa Indonesia atau Inggris, kan?! Bagaimana dia mengusirnya nanti? Menginap berdua lebih baik! Setidaknya, mereka merasakan takutnya bersama-sama jika ada hantu yang muncul.

Thora berhenti berguling. Dia menelungkup, membenamkan wajahnya di atas bantal yang empuk. Lelaki bermata monolid itu terkekeh, suara Rili masih terngiang terus di telinganya.

"Pak! Pak Thora!" Ezra menguncang tubuhnya.

Ugh! Dasar penganggu! "Apa?!" ketusnya galak seraya memutar kepalanya ke arah kanan.

"Bapak kenapa?" Lelaki berkacamata itu berjongkok di samping tempat tidurnya.

Thora bisa melihat raut panik Ezra. Jika dia ceritakan pada Ezra perasaannya sekarang, pasti jadi tidak terasa special lagi! Thora berdeham, mengendalikan suaranya. "Nggak apa-apa! Baru selesai telpon sama Rili.." akunya malu.

Ezra mendengus. "Saya pikir ada apa, Pak!"

"Sana! Keluar!" Usirnya. Ah.. sialan! Gema suara Rili hilang di liang telinganya, tergantikan oleh suara cempreng Ezra!

Ezra tersenyum geli dengan kepala menggeleng. Dia hendak keluar kamar, namun tumitnya kembali berputar, menghadap Thora. Raut wajahnya dalam satu detik berubah serius. "Pak.. Untuk Abiyasa Pramana. Sampai kapan Bapak akan menahannya di ruang bawah? Setelah melepaskan Anantari Pramana, kami mencium pergerakan keluarga Pramana dalam mencari keberadaan Abiyasa. Mereka mulai menaruh curiga pada Bapak. Nasar bilang, ada beberapa orang yang terlihat mencurigakan di sekitar apartement dan gedung kantor."

Chained by Ferris Wheel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang