Thora sangat berusaha menghindari segala urusan dengan mahluk bernama perempuan. Oma, Mami dan ketiga kakak perempuannya sudah cukup membuat hidupnya hiruk pikuk dan penuh drama.
Agar bisa lepas dari hukuman yang Mami berikan, Thora diwajibkan ikut...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yuhuu update lagiii!!.
Bab ini mengandung bawang, jangan dibaca di tempat ramai 😬.
Wajib vote dan komen yang ramaiii 😌.
⚡️⚡️⚡️
Sejak turun dari mobil Thora, Rili terus menempel pada Kya, sengaja, agar Abiyasa tidak bisa menariknya secara tiba-tiba jika mereka bertemu di koridor kampus.
Sesekali Rili menanggapi godaan Kya yang tak henti-hentinya membahas ciuman ngelindur Thora.
Rili baru menyalakan ponselnya ketika dirinya sudah berada di dalam kelas. Notifikasi dari pesan whatsapp masuk secara bertubi-tubi, juga delapan puluh tiga missed calls yang Abiyasa tinggalkan. Bahkan lima menit lalu lelaki itu masih berusaha menelponnya.
Rili baca dengan cepat beberapa pesan dari kekasihnya itu,
Abiyasa Pramana - Dosen TA :
Rili? Kenapa tidak masuk?.
Kamu kemana?.
Ponselmu mati, kamu pulang?.
Kamu kemana sih?!. Jangan buat aku khawatir!!.
Riliana..Please, Jangan bersikap ke kanak-kanakan seperti ini.
Seharusnya di saat seperti ini kamu nenangin aku, kenapa ninggalin?.
Aku sudah di rumah, kamu juga sudah di rumah Kya kan?.
Kenapa matikan ponsel selama ini? kamu marah?. Kabari aku.
Hubungi aku jika kamu sudah membaca pesan-pesan ini.
Dan panggilan masuk kembali memenuhi layar Rili.
"Ngapain Pak Abi nelpon lo pagi-pagi gini?" Pertanyaan Kya membuat Rili terkesiap.
Dia berusaha tenang, lalu menggeleng pelan, "Ngga tahu. Apa ada lowongan assdos ya? Awal semester gw sempet nanya sama Pak Abi." Rili berkilah.
Kya mengangkat kedua bahunya cepat, "Angkat gih, siapa tahu ada berita baik."
Rili berdiri, melangkah keluar kelas. Dia geser ikon berwarna hijau, dia tempelkan ponselnya ke daun telinga dalam diam.
Terdengar helaan nafas panjang dari seberang sana.
"Kamu tahu? Aku ngga tidur semalaman karena khawatir. Takut ada apa-apa sama kamu."
Rili masih diam, mendengarkan.
"Sayang.. Kamu marah? atau apa?. Jangan suruh aku menebak-nebak apa yang ada di dalam pikiran kamu."
"Reaksi kamu semalam. Berlebihan." Rili langsung pada intinya.
Abiyasa menghela nafasnya lagi, "Kamu tahu aku paling benci ketika privasiku diganggu. Ada nama keluarga yang harus aku lindungi, Rili. Kamu seharusnya paham."
