48

2.4K 178 363
                                    

Tinggalkan jejak🐾
Vote Ama komen dulu yagesyak

WARNING⚠️⚠️
TERDAPAT KATA KATA KASAR DALAM CERITA
______________________________________

Happy reading all📖
______________________________________

Sesuai dugaan Fino, papanya menyeretnya ke gudang. Hendri terus menarik paksa lengan Fino hingga mengakibatkan pergelangan tangan Fino memerah.

Sesampainya di gudang, Hendri menghempaskan tubuh Fino hingga Fino tersungkur dilantai. Hendri kemudian mengunci pintu gudang itu.

Fino terlalu takut untuk melawan. Dia hanya diam tapi dengan tangisannya. Dia sesekali terisak, namun Fino berusaha menahan isakannya agar papanya tidak tambah marah. Siapa tau papanya tambah emosi jika dia menangis kan?

"Berdiri"ujar Hendri. Tapi Fino hanya diam tidak bergerak. Hendri kembali emosi sebab Fino tidak menuruti perkataannya

"Saya bilang berdiri"bentak Hendri kemudian menendang kaki Fino agar Fino menurutinya

Fino akhirnya berdiri dengan pelan sesuai dengan perkataan papanya. Fino berkeringat dingin. Hal ini sama persis dengan kejadian dulu, Di gudang yang sama.

Kejadian yang merupakan trauma seumur hidupnya.

Kini kejadian itu akan terulang kembali.

"Saya sudah muak menanyakan tentang nilai kamu. Saya sudah bosan mendengar jawaban yang tidak memuaskan"ujar Hendri. Inilah yang Fino tidak suka. Lagi lagi nilainya adalah yang hal yang paling utama

"Apalagi?kehidupan kamu?tentang kamu yang menjadi anak berandalan?"ujar Hendri kembali. Fino tidak dapat berkata apapun.

"Apalagi yang ingin kamu katakan?mau membela diri?saya sudah muak dengan kamu"ujar Hendri. Dia mengeluarkan semua uneg unegnya kepada Fino. Perkataan yang cukup kejam dari seorang ayah untuk anaknya. Bagaimana fino tidak sakit hati mendengarnya?

"Najwa tidak becus mendidik anak, dan akibatnya apa? Dia menghasilkan aib keluarga seperti kamu" ujar Hendri. Fino tidak dapat membantah ucapan papanya. Dia memang aib di keluarganya. Fino hanya diam dan mendengarkan semua ucapan dari papanya, Walaupun perkataan papanya hanya akan menyakiti batinnya.

"Zean yang dulu anak yang penurut, sekarang bertindak kurang ajar dengan saya, dan bahkan memukul saya"ujar Hendri, walau Hendri mengucapkannya dengan santai, tapi terdengar berbeda di telinga Fino. Entah mengapa Fino merasa takut setiap mendengar perkataan yang keluar dari mulut papanya itu

"Ini semua karena kamu. Saya tidak mengharapkan kamu sebagai anak saya"ujar Hendri. Entah berapa kali Fino mendengar perkataan yang sama seperti ini, baik dari papanya maupun dari mamanya. Tapi Fino belum terbiasa walaupun sudah sering mendengarnya. Rasanya sama aja, tetep nyesek.

"Lihat saya jika saya sedang berbicara"ujar Hendri mencengkram pipi Fino dengan kuat untuk membuat Fino mendongak dan melihatnya

"Apa yang kamu lakukan setelah keluar dari rumah? Mabuk mabukan? Iya??"tanya Hendri dengan emosi. Fino tidak menjawabnya. Siapa juga yang berani menjawab, jika salah menjawab sedikit saja, nyawa seperti akan melayang.

"IYA?? JAWAB SAYA!"bentak Hendri kemudian mendorong tubuh Fino hingga Fino terjatuh ke belakang

"Oh apa yang saya katakan ini benar? Kamu mabuk mabukan? Apa lagi? Apa kamu juga sudah menghamili anak orang untuk bersenang senang?"ujar Hendri. Fino yang mendengar tutur kata dari papanya itu tentu saja kecewa. Kecewa dengan papanya yang menganggap dirinya seolah olah memang wajar melakukan hal itu.

"Fino Nggak gitu pa, papa keterlaluan"ujar Fino. Dia berusaha berdiri. Akibat pukulan dari papanya tadi, dia sedikit pusing

"Kamu berani melawan saya?"ujar Hendri kemudian dia menendang perut Fino. Padahal Fino baru saja berdiri, dia dibuat tersungkur lagi oleh tendangan dari papanya itu

Bang,Gw Kangen.. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang