79

2.2K 214 37
                                    

Yang baca doang tapi nggak vote, pantatnya kelap kelip.

WARNING⚠️⚠️
TYPO BERTEBARAN
TERDAPAT KATA KATA KASAR DALAM CERITA
______________________________________

Happy reading all📖
______________________________________

Dorr

Satu peluru berhasil keluar dari ujung pistol William dan menggores ke lengan Azka. Azka reflek memegangi lengannya yang tertembak. Meskipun peluru itu hanya menggores lengan Azka namun rasa sakitnya tidak main-main, Azka baru pertama kali merasakannya. Jantung Azka sempat ingin berhenti saat william menembaknya tadi. Azka kira peluru itu akan menembus dadanya namun ternyata William meleset.

William berdecak kesal sebab tembakannya meleset gara gara Melvin yang menarik lengannya.

Rahang William mengeras, ia emosi kemudian menghempaskan tubuh Melvin ke lantai. Tak sampai disitu William menginjak perut Melvin yang ia tusuk tadi. Sontak erangan kesakitan terdengar dari mulut Melvin.

"Kenapa? Sakit?" Ujar William mendengar Melvin yang berteriak kesakitan. Melvin memegang kaki William yang ada di atas perutnya dan berusaha untuk menghentikannya. Namun William tidak menghiraukannya. Melvin merasakan sakit yang luar biasa. Mungkin mati lebih baik daripada dia terus tersiksa dengan rasa sakit ini, pikir Melvin.

Azka tiba tiba menendang William yang sedang terfokus pada Melvin. Saking emosinya, Azka melayangkan tendangannya tepat di kepala William dengan sekuat tenaga hingga William terhempas ke lantai.

Azka menghiraukan William. Ia duduk di dekat Melvin dan mengangkat kepala Melvin agar bersandar kepadanya. Azka sungguh khawatir, tangannya gemetar saat menahan pendarahan di perut Melvin. Rasa sakit di lengannya bahkan tidak terasa saking khawatirnya dirinya.

"Melvin, El! Tahan ya? Gw bakal bawa lo ke rumah sakit" ujar Azka dengan suara bergetar. Melvin mengangguk, ia masih mendengar perkataan Azka walau samar-samar.

"J-jangan khawatir... Gw kuat" ujar Melvin dengan terbata-bata. Tak ingin memberi kekhawatiran berlebih kepada Azka, Melvin berusaha berbicara agar Azka sedikit tenang.

Walaupun Melvin berbicara seperti itu, Azka tidak bisa tidak khawatir, apalagi saat melihat pendarahan di perut Melvin tidak dapat berhenti.

"Ayo kita ke rumah sakit" ujar Azka kepada Melvin kemudian memperbaiki posisi Melvin dengan hati hati agar ia bisa mengangkat tubuh Melvin.

"Udah cukup dramanya?" William sudah berdiri tak jauh dari tempat Azka dan Melvin. Ia mengarahkan pistol ke Melvin.

Azka menoleh ke arah William, dia mengeraskan rahangnya. Jujur saja, Azka tidak tahu harus bagaimana lagi. Dia harus segera membawa Melvin ke rumah sakit agar mendapat penanganan segera, tapi William tidak akan membiarkannya melakukan hal itu.

"Gw harusnya bunuh adek lo dari awal" ujar William menatap tajam ke arah Azka.

Azka tau dimana William membidik, dia sebisa mungkin melindungi Melvin agar tidak terkena tembakan William.

"Lo bener-bener pengecut, William" ujar Azka membalas tatapan William.

"Sebaiknya lo ucapin selamat tinggal ke adek lo, ka. Karena bentar lagi dia bakal mati. Lo bawa dia ke rumah sakit juga dia bakal mati kehabisan darah" ujar William dengan seringainya.

"Diem lo bangsat!" Tentu saja Azka emosi mendengar ucapan William yang seenaknya saja. Melvin pasti selamat, Azka tidak akan membiarkannya begitu saja.

William memasukkan jari telunjuknya dan hendak menarik pelatuknya. Azka memeluk erat Melvin yang bersandar di tubuhnya. Sebisa mungkin Azka menutupi tubuh Melvin dengan tubuhnya agar Melvin tidak terkena tembakan William.

Bang,Gw Kangen.. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang